Pekanbaru, Gatra.com - Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Riau, Jonli, menyebut Riau membutuhkan investasi besar agar ekonomi kembali bergairah dan tenaga kerja dapat terserap secara optimal.
Menurutnya rancangan undang-undang (RUU) omnibus law cipta lapangan kerja, dapat menjadi tumpuan untuk memperlancar kucuran investasi ke Riau. Hanya saja Jonli mengakui rumusan regulasi tersebut memerlukan telaah mendalam, agar investor dan buruh tidak merasa dirugikan.
"Kita memang butuh investasi besar. Tapi ada tarik ulur (RUU Omnibus law) pada klaster tenaga kerja," ungkapnya dalam sesi webinar, Senin (31/8).
Jonli menambahkan, jelang berakhirnya bulan Agustus 2020 sudah terjadi empat aksi unjukrasa kalangan buruh. Aksi unjukrasa tersebut umumnya mengkritik minimnya upaya perlindungan baru pada rumusan undang-undang, yang kini dibahas di DPR RI tersebut.
Jonli mengaku, bahwa dirinya sudah beberapa kali membahas persoalan tersebut dengan sejumlah serikat pekerja.
"Saya sudah beberapa kali bicara dengan sejumlah serikat pekerja. Empat unjuk rasa sudah terjadi. Terkait bahasan ini pemerintah itu terbuka, tidak tertutup. Dalam rancangan undang-undang klaster tenaga kerja ini, mereka menuntut adanya perlindungan buruh," imbuhnya.
Riau, saat ini dihadapkan dengan pertumbuhan ekonomi yang rendah. Pada tahun 2019 pertumbuhan ekonomi makro di provinsi ini hanya 2,84 persen. Capaian tersebut mengalami sedikit peningkatan dibandingkan tahun 2018 yang mencapai 2,34 persen.
Lambatnya pertumbuhan ekonomi tersebut turut dipengaruhi lesunya usaha sektor minyak dan gas (migas). Hal ini berdampak pada munculnya pengangguran di wilayah tambang migas seperti Kabupaten Bengkalis.
Gubernur Riau Syamsuar sendiri mengatakan lesunya sektor migas, lebih disebabkan oleh masa transisi Blok Rokan. Dimana Chevron selaku operator mengerem investasi jelang berakhirnya kontrak pada 2021.
"Diluar migas, capaian pertumbuhan ekonomi Riau mencapai 4,84 persen. Jika digabung jadinya 2,84 persen," kata Syamsuar.
Adapun Covid-19 kian membebani perekonomian provinsi ini. Hal ini terlihat dari angka pertumbuhan perekonomian Riau yang minus 3 persen pada triwulan II 2020. Pada triwulan yang sama kucuran investasi yang masuk ke Riau baik modal asing dan dalam negeri mencapai Rp10 triliun.