Jakarta, Gatra.com - Pandemi virus Covid-19 masih mengganas di seluruh dunia, termasuk di Indonesia kasus masih belum menunjukkan tanda-tanda penurunan. Berdasarkan data terakhir per Sabtu (29/8), terdapat penambahan 3.308 kasus corona baru.
Dengan tambahan tersebut, maka saat ini kasus positif corona di Indonesia berjumlah 169.195. Selain kasus positif, pemerintah juga mengumumkan penambahan pasien meninggal akibat virus corona sebanyak 92 jiwa. Sehingga totalnya menjadi 7.261, dari yang sebelumnya 7.169 jiwa.
Pengamat kebijakan publik, Wibisono mengatakan kasus virus corona di Indonesia saat ini didominasi dengan orang tanpa gejala (OTG). Terlebih saat ini aktivitas masyarakat sudah mulai dibuka untuk mendorong perekonomian sehingga terjadi peningkatan signifikan dari kluster akibat dibukanya sarana publik dan tempat wisata dalam dua pekan terakhir.
“Indonesia masuk di fase yang sangat membahayakan,” ujar pria yang menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina Yayasan Biotech Methodologi Tubuh Indonesia itu. Sebelumnya pakar epidemiologi, Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono menyebut kasus Covid-19 di Indonesia baru akan mencapai puncaknya pada awal semester pertama hingga pertengahan 2021. Setelah itu, tingkat penularan baru akan mulai melandai pada akhir 2021 hingga awal 2022.
“Kecepatan penularan dilihat bertahap, dari beta statistik percepatan transmisi. Kalau tidak melakukan penanganan secara serius, kemungkinan akan terus sampai 2021, pertengahan atau awal semester pertama baru sampai puncaknya,” kata Pandu dalam diskusi daring Ancaman Karhutla di Tengah Pandemi Covid-19, Sabtu (22/8).
Pandu mengatakan jika penanganan pandemi tak dilakukan serius, ia khawatir pada titik puncak tahun depan, infeksi harian tertinggi dapat mencapai 60 ribu kasus. Dalam grafik yang ia perlihatkan, angka penularan baru akan melandai setelah puncak yakni mulai akhir 2021 hingga 2022. Oleh karenanya, ia mendesak pemerintah untuk lebih agresif dalam mengendalikan penyebaran. Terutama fokus pada penanganan penyebaran virus Covid-19 pada gelombang pertama.
Kapan Pandemi Covid-19 Berakhir?
Sulit untuk menjawab pertanyaan kapan corona berakhir dengan pasti. Peneliti senior dari Southampton University, Michael Head, mengatakan sulit untuk menaruh prediksi karena Covid-19 adalah virus yang benar-benar baru dan dunia belum pernah menghadapi pandemi besar seperti saat ini.
Wibisono menambahkan bahwa tingkat globalisasi dan konektivitas masyarakat internasional membuat akhir dari pandemi ini sulit untuk diprediksikan. “Pada kenyataannya Covid-19 sudah menyebar hampir ke seluruh dunia. Ahli mikrobiologi Dr Simon Clarke dari University of Reading mengatakan artinya virus akan tetap ada, bisa terus menghantui populasi manusia bahkan setelah ditemukan vaksinnya,” katanya.
Sementara ahli sejarah dari Johns Hopkins University, Dr Jeremy Greene menyebut jawaban dari pertanyaan kapan corona berakhir kemungkinan dilihat dari sisi sosial. Pandemi dikatakan 'berakhir' bukan karena penyakitnya sudah musnah atau hilang, melainkan karena orang-orang sudah bosan dan ingin mencoba hidup berdampingan dengan Covid-19.
“Ketika orang-orang bertanya 'kapan corona berakhir?' Yang mereka tanyakan sebetulnya akhir secara sosial,” ujarnya. Periode jenuh terhadap pandemi yang panjang akan mengakibatkan masyarakat move on dari fenomena corona dalam konteks sosiopolitik.
“Selanjutnya kita sering lihat pada perdebatan terkait pembukaan ekonomi. Banyak pertanyaan tentang akhir ini ditentukan bukan dari data medis dan kesehatan masyarakat, melainkan dari proses sosiopolitik,” pungkasnya.