Jakarta, Gatra.com - Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) menyaksikan penandatangan kerjasama Badan Karantina Pertanian (Barantan) dengan perguruan tinggi tersebut secara virtual di Agriculture War Room, Jumat (28/8). Dalam acara tersebut, SYL mengajak tujuh rektor dari Perguruan Tinggi di Wilayah Timur tanah air untuk memperkuat sistem perkarantinaan pertanian.
"Saya sangat mengapresiasi kerja sama ini karena Barantan dalam menjalankan tugasnya harus terus memperkuat pengawasan keamanan pangan dan pengendalian mutu baik produk pangan maupun pakan asal produk pertanian di pintu-pintu tanah air, " kata Mentan.
Menurutnya, saat ini Barantan tidak hanya menjaga sumber daya alam hayati dari hama penyakit hewan dan tumbuhan. Namun, kini potensinya meningkat akibat arus lalu lintas manusia dan media pembawa berupa hewan dan tumbuhan yang juga terus meningkat. Ini tidak bisa dilakukan dengan cara biasa, harus ada terobosan dan inovasi. Untuk inilah kerja sama dengan dunia pendidikan baik nasional maupun internasional sangat dibutuhkan.
"Inovasi biosensor untuk mendeteksi cepat hama penyakit hewan dan tumbuhan sangat dibutuhkan, karena dengan lalu lintas yang tinggi, pemeriksaan juga harus akurat. Jika tidak, maka hama penyakit bisa masuk dan mengancam sumber daya alam hayati kita," ucap Mentan lagi.
Rektor Universitas Hasanuddin, Prof Dwia Aries Tina Pulubuhu yang hadir sebagai salah satu dari tujuh perguruan tinggi menyampaikan kesediaannya untuk turut mendukung harapan Mentan terkait pengembangan inovasi di bidang biosensor.
"Kami siap berkolaborasi Pak Menteri baik dengan Barantan dan Balitbangtan, terlebih diwilayah timur ini kaya akan sumber daya alam hayati yang harus dilindungi," ujarnya.
Sementara itu, Rektor Universitas Papua, Dr. Meky Sagrim menyebutkan, saat ini petani di wilayahnya sangat menbutuhkan bantuan akibat serangan hama pada tanaman Kakao.
"Beberapa tahun lalu kami bisa ekspor, sekarang tidak lagi karena hama. Untuk itu kerja sama dengan Barantan ini sangat kami apresiasi. Semoga petani di Papua dapat segera kembali bersemangat bertanam Papua dan bisa ekspor lagi," katanya.
Selain dua perguruan tinggi tersebut, berikut lima perguruan tinggi yangbmenandatangi nota kesepahaman yakni Universitas Cendrawasih, Universitas Gorontalo, Universitas Sam Ratulangi, Universitas Alhaairat, dan Universitas Tadulako.
Implementasi Kerjasama untuk Pertanian Modern
Kepala Barantan, Ali Jamil yang didampingi Kepala Pusat Kepatuhan, Kerjasama dan Informasi Perkarantinaan, Juanedi melakukan penandatanganan kerja sama dengan perguruan tinggi. Ia menyampaikan, implementasi kerja sama juga berupa penguatan laboratorium dan peningkatan kompetensi SDM pada kedua belah pihak.
Lebih lanjut Jamil menyebutkan pelaksanaan tindakan karantina dalam kegiatan ekspor dan impor perlu didukung dan didasari oleh justifikasi ilmiah yang bersumber dari lembaga-lembaga riset di antaranya perguruan tinggi.
Penguatan justifikasii ilmiah juga digunakan untuk pelaksanaan perkarantinaan dalam rangka perlindungan sumber daya alam hayati seperti IAS (Invasive Alien Species) dan SDG (Sumber Daya Genetik).
“Era sekarang ini kebijakan tarif tidak lagi populer sehingga kebijakan teknis sanitari dan fitosanitari menjadi penentu dalam ekspor produk pertanian. Untuk itu Barantan yang bertugas menjamin pemenuhan persyaratan SPS negara tujuan ini berperan sangat strategis,” tutup Jamil. (Adv)