Home Politik Dinasti Politik 'Kanker' Demokrasi

Dinasti Politik 'Kanker' Demokrasi

Jakarta, Gatra.com - Menguatnya dinasti politik pada Pilkada 2020, di antaranya sejumlah keluarga Joko Widodo (Jokowi) yang akan maju menuai kritik. Kritik di antarnya diutarkan dalam webinar gelaran NURANI '98 pada Selasa (25/8). Dinasti politik disebut kanker demokrasi.

Ahmad Wakil Kamal seorang advokat dari NURANI '98, mengatakan, sebelum era Reformasi, yang dilawan salah satunya adalah nepotisme atau dinasti politik.

Saat ini, dinasti politik kembali menguat sehingga NURANI '98 yang terdiri dari kumpulan aktivis '98 yang tetap ingin menegakkan visi dan misi gerkan 98, kembali menyuarakan semangat antinepotisme seperti yang digelorakan tahun 1998 silam. 

Menurutnya, NURANI '98 kembali menggelorakan antinepotisme karena praktik dinasti politik merupakan penyakit kanker demokrasi negeri ini yang terus menerus menggerogoti sistem politik Tanah Air. Dinasti politik bertautan erat dengan oligarki politik.

"Kita tahu bahwa dinasti politik ini telah melahirkan korupsi di lingkungan dinasti politik," ujarnya. Menurut dia, ini bisa dilihat dan dilacak dalam sejarah.

Semangat Reformasi adalah antinepotisme atau KKN. Namun, Reformasi juga ternyata mengakibatkan begitu kuatnya nepotisme dan korupsi. Tak bisa dipungkiri bahwa dalam demokrasi itu selalu ada dinasti politik.

Sementara itu, akademisi Ubaidillah Badrun mengatakan, dinasti politik di Indonesia menemukan bentuk yang paling mengerikan dan sangat menyedihkan. Pasalnya, para pelaku dinasti politik membangun opini publik bahwa tidak ada yang salah dari dinasti politik.

Menurutnya, proses dinasti politik itu betentangan dengan nilai-nilai dan substansi demokrasi serta etika politik. Dinasti politik di Indonesia tidak ada satu pun yang menyukseskan dan memajukan negara ini. Dinasti politik juga tidak menjadikan daerah, yakni provinsi, kota, dan kabupaten menjadi maju.

Bahkan secara sistematis, dinasti politik ini berkolaborasi dengan oligarki ekonomi dan politik. "Jika ini terus menerus menjadi problem, demokrasi kita akan rusak," ujar Ubaidillah.

Menurutnya, ketika dinasti politik tumbuh subur dan dinasti ini kemudian berkolaborasi dengan oligarki ekonomi maupun politik maka demokrasi akan semakin mundur.

Webinar ini juga dihadiri Ray Rangkuti dari Lima Indonesia yang juga masuk dalam NURANI '98. Dia juga menyampaikan pandangannya terkait bahasan tema ini.

Reporter: MAA

458