Home Ekonomi KKNU Harap Rizal Ramli Bantu Pulihkan Perekonomian Nasional

KKNU Harap Rizal Ramli Bantu Pulihkan Perekonomian Nasional

Jakarta, Gatra.com - Menko Ekuin era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Rizal Ramli, mengatakan, pondok pesantren mempunyai kontribusi terhadap perekonomian negeri ini. Namun, pada masa pandemi Covid-19 ini mereka membutuhkan situmulus dan pendampingan.

"Potensi pesantren dengan koperasi dan usaha kreatifnya luar biasa, ada yang mampu berdiri dan maju seperti Sidogiri," kata Rizal di Jakarta, Selasa (25/8).

RR, demikian Rizal Ramli biasa disapa, lebih lanjut menyampaikan, negara harus hadir memberikan stimulus dan pendampingan kepada koperasi dan berbagai usaha kreatif lainnya di pondok pesantren (ponpes) agar mereka bisa kembali bangkit.

"Sejatinya republik ini punya utang budi pada pondok pesantren. Karena dari sini lah lahir para pahlawan dan pejuang kemerdekaan," ujarnya.

Sementara itu, beberapa kiai Nahdlatul Ulama (NU) kultural dari Jawa Timur yang dimotori KH Agus Solachul Aam Wahib Wahab dalam webinar bertajuk "Membangkitkan Ekonomi Pesantren di Tengah Pandemi Corona, Keniscayaan atau Ilusi?" meminta RR yang merupakan ekonom senior untuk turun tangan membantu memulihkan ekonomi nasional yang tengah terpuruk akibat pandemi Covid-19.

Gus Aam, demikian Agus Solachul Aam Wahib Wahab akrab disapa, meminta RR terun tangan karena ia khawatir kalau kondisi ini tidak segera dibenahi, maka jurang resesi akan semakin dalam.

Menurut Gus Aam, kesulitan ekonomi di Tanah Air saat ini terasa sampai ke bawah. Termasuk yang dirasakan para pengasuh pondok pesantren, lantaran kegiatan belajar-mengajar terhenti hingga berbulan-bulan.

Bahkan, lanjut Gus Aam, sampai hari ini masih ada pesantren yang tutup. Tentu kondisi itu juga berdampak pada masyarakat di lingkungan pesantren. Sebab, selama ini roda ekonomi mereka bergerak karena keberadaan pesantren.

"Pak Rizal Ramli punya pengalaman 20 tahun lalu. Saat itu, ekonomi terpuruk imbas krisis moneter. Namun kondisi saat itu berhasil diatasi oleh beliau," ujarnya.

Webinar Membangkitkan Ekonomi Pesantren di Tengah Pandemi Corona, Keniscayaan atau Ilusi?". (Ist/Wan)

Menurutnya, perekonomian nasional yang saat itu -3% berhasil diubah menjadi tumbuh sebesar 4%. Bahkan akhirnya tumbuh hingga angka 7% sebelum Gus Dur dilengserkan dari kursi presiden.

Gus Aam optimistis bahwa Rizal Ramli tak sekadar mampu membangkitkan ekonomi pesantren tapi sekaligus ekonomi nasional. Ia bersama para kiai kultural yang tergabung dalam Komite Khittah NU (KKNU) 1926 mendukung RR sebagai pemimpin nasional yang akan datang.

Ia menilai RR sebagai figur yang cerdas dan berani. Kriteria pemimpin itu yang dibutuhkan untuk membawa bangsa ini menuju adil dan makmur. Gus Aam mencontohkan ide cemerlang RR menyatukan seluruh bank syariah milik pemerintah agar asetnya bisa bertambah besar sehingga bisa bersaing dengan bank umum milik swasta.

"Rizal Ramli itu cerdas dan berani. Kepeduliannya pada nahdliyin juga sudah terbukti. Ini pemimpin nasional yang dibutuhkan saat ini dan untuk masa depan," kata cucu pendiri NU, KH. Wahab Chasbullah tersebut.

Menanggapi pendangan tersebut, Rizal Ramli mengatakan, bisa memahami kegelisahan para kiai dan pengasuh pondok pesantren di Jawa Timur dan daerah lainnya. Sebab, tak bisa dipungkiri bahwa pandemi Covid-19 telah memberikan dampak di semua lini kehidupan, termasuk sektor pendidikan.

Pandemi, kata RR memaksa semua kalangan termasuk pelajar dan guru untuk melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ) melalui daring atau secara virtual. Sudah hampir 6 bulan lembaga pendidikan di Indonesia termasuk pesantren telah menutup rapat ruang-ruang kelas fisiknya.

Menurut Rizal Ramli, pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan dan dakwah yang telah ada sejak ratusan tahun lalu di Indonesia, sebelum republik ini berdiri.

Pondok pesantren merupakan salah satu kontributor penyumbang pendapatan ekonomi daerah melalui industri kreatif, koperasi, dan UKM. Saat ini, jumlah pesantren mencapai 25.938, angka yang begitu masif dan besar pengaruhnya di tengah masyarakat.

523