Jakarta, Gatra.com - Keanekaragaman hayati di Indonesia dikenal sangat kaya. Potensi ini menjadi modal besar dalam mendukung komoditas pangan di Tanah Air untuk tumbuh besar bahkan mendunia.
Untuk itu diperlukan inovasi agar potensi pangan lokal ini menjadi bisnis besar dan menjanjikan di era digital ini.
Pembahasan ini muncul dalam webinar #FutureFoodDay yang digelar Accelerice, dengan tema Inovasikan Pangan Indonesia untuk menghasilkan FoodTech start-ups yang inovatif dan disruptif dengan memanfaatkan komoditas pangan lokal Indonesia, pada Senin (24/8).
Sebagai pusat pengembangan bisnis makanan pertama di Indonesia, Accelerice menghadirkan pembicara seperti Prof. Dr. F. G. Winarno (Presiden Codex Alimentarius Commission), Chef William Wongso, Leonard Theosabrata (Direktur Smesco), dan dibuka oleh Wakil Menteri Perdagangan Indonesia, Dr. Jerry Sambuaga.
Dalam kesempatan itu, ambassador of scholars Indonesia di bagian Food Technology, Ravindra Airlangga, menyatakan pentingnya inovasi dalam pengembangan pangan lokal untuk mendukung ketahanan pangan nasional.
“Inovasi di bidang pangan selama ini kurang diperhatikan, meskipun tak kalah pentingnya dengan inovasi di bidang informatika. Accelerice saya lihat menghadirkan wadah bagi golongan inovator pangan untuk mewujudkan karya mereka guna menyelesaikan persoalan genting seperti stunting atau produksi berkelanjutan,” kata Ravindra yang juga moderator webinar tersebut.
Prof Winarno, yang juga salah satu ahli pangan nasional menyatakan luas Indonesia sendiri hanya 1,5 persen daratan di dunia. Namun Indonesia memiliki 17 persen dari keanekaragaman hayati yang ada di dunia.
Winarno mengatakan plasma nutfah indonesia, sangat penting untuk terus dipertahankan.
“Kekayaan plasma nutfah Indonesia itu sangat besar, namun belum bisa kita nikmati karena banyaknya alasan. Untuk itu perlu adanya banyak badan riset agar itu bisa diberdayakan untuk kemakmuran bangsa,” katanya.
Sementara Chef William Wongso menyatakan perlunya profile rasa lokal Indonesia diperkenalkan ke luar negeri.
“Profil rasa Indonesia itu sangat berbeda dengan tempat atau negara lain karena bumbu lokal itu berbeda satu tempat dengan yang lain, begitu pula cara masaknya,” kata William yang selama ini dikenal sebagai salah satu master chef masakan lokal Indonesia
Dikatakan bahwa profil rasa lokal ini muncul dari keanekaragaman hayati yang dimiliki daerah-daerah Indonesia.
“Ini harus dipertahankan. Jika kaum milenial ingin mengembangkan bisnis kuliner dengan cita rasa asli daerah di Nusantara,” katanya.
Dengan kondisi ini memang membuat sulit mewujudkan Indonesian Culinary atau Kuliner Indonesia dengan satu rasa.
“Bumbu-bumbu lokal itu sudah tumbuh dengan lingkungannya sendiri, maka biarlah di sana rempah-rempah itu menjadi kekayaan lokal masing-masing,” kata William.
Lewat kekayaan hayati lokal, terutama rempah-rempah ini, Indonesia pernah menjadi terkenal dan incaran banyak negara, terutama dari Eropa. Jika kaum milenial saat ini mampu mengembalikan kejayaan seperti masa lalu, maka rempah dan pangan lokal ini bisa kembali mendunia seperti dulu.
“Biarlah kuliner lokal itu tumbuh dengan ciri khasnya masing-masing. Local Wisdom ini jauh lebih penting,” kata Winarno, tentang adanya usaha membuat kuliner khas Indonesia.