Pekanbaru, Gatra.com - Jelang akhir tahun Dinas Ketahanan Pangan Kota Pekanbaru menggesahkan pengoptimalan lahan tidur untuk menanam tanaman pangan. Upaya tersebut dilakukan dengan melibatkan kelompok tani yang ada.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan (Diskepang)Kota Pekanbaru, Alek Kurniawan, mengatakan optimalisasi lahan tidur untuk keperluan tanaman pangan sangat penting saat ini. Terlebih pandemi Covid-19 membuat kebutuhan pangan sangat vital untuk keperluan daya tahan.
Menurut Alek agar penggarapan lahan tidur itu menjadi optimal, diperlukan kerjasama dan kekompakan dalam manajemen kelompok tani.
"Kedepan Pemerintah Kota Pekanbaru melalui Diskepang akan mendorong olahan-olahan pangan lokal non beras menjadi produk-produk olahan pangan dengan tetap memperhatikan keamanan dan kualitas gizinya," sebutnya di Kota Pekanbaru, Jum'at (21/8).
Alek mengatakan bertepatan dengan satu Muharam, pihaknya melakukan penanaman Jagung bersama kelompok wanita tani di Lahan Jaga Kampung Kelurahan Sidumolyo Barat Kec. Tampan. Tindakan tersebut bakal terus ditingkatkan bersama kelompok tani yang lain.
"Kedepan kita akan coba bantu mulai dari hulu seperti penyediaan bibit dan sejenisnya sebagai stimulus melalui dana APBD. Insya Allah nanti kita akan bantu penyediaan tempat berupa outlet juga sebagai bagian dari marketing,” ucapnya.
Alek sendiri saat ini sedang menyusun program grand master ketahanan pangan yang terintegrasi di kota Pekanbaru. Ia juga mengupayakan pengoptimalan database ketahanan pangan yang memadai dan terintegrasi.
"Tentu juga dibarengi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia di sektor ketahanan pangan. Yang tidak kalah penting perangkulan terhadap stakeholder terkait yang diharapkan mampu menjawab kendala dan isu-isu strategis bidang ketahanan pangan di Kota Pekanbaru," ucapnya.
Asal tahu saja, sebagai kota dengan penduduk diatas satu juta jiwa, sektor pangan kota Pekanbaru terbilang rentan. Pasokan pangan menuju kota ini umumnya berasal dari luar daerah, dimana komoditi beras bersumber dari daerah tetangga.
Disisi lain Provinsi Riau belum sanggup memenuhi pasokan pangan secara mandiri, terutama beras. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Riau, produksi beras di daerah tersebut itu pada 2019 mencapai 131.820 ton. Jumlah itu mengalami penurunan sebanyak 20.270 ton atau 13,33 persen dibandingkan 2018.
Angka produksi beras tersebut merupakan hasil konversi produksi padi menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk. Produksi padi di Riau pada 2019 diperkirakan sebesar 230.870 ribu ton gabah kering giling (GKG) atau mengalami penurunan sebanyak 35.500 ton dibandingkan 2018.