Jakarta, Gatra.com - Pengamat sosial-politik, Fachry Ali, mengatakan, oligarki merupakan musuh dalam konteks politik saat ini. Partai politik (Parpol) nyaris tidak berubah setalah 2 dekade era reformasi bergulir.
"Bahwa keresahan partai politik merupakan suatu institusi yang nyaris tak berubah setelah 2 dekade reformasi dengan segala permasalahannya," kata dia pada Rabu (19/8), secara daring.
Fachry saat memberikan orasi ekonomi dan politik dalam acara ulang tahun Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonmo dan Sosial (LP3ES) ke-49, lebih lanjut menyampaikan, dinasti politik juga menjadi salah satu yang juga meresahkan pada saat ini.
Oligarki merupakan kelompok yang menjadi kelas kapitalis dan penguasa pada zaman Orde Baru (Orba) bentukan negara (state induced capitalism). Menurutnya, mereka itu merupakan pembajak demokrasi yang harus bertanggung jawab atas bobroknya peradaban politik Tanah Air saat ini. Ini menjadi tugas kesejarahan yang sangat berat bagi generasi muda LP3ES saat ini.
Orba merupakan satu era yang dibangun kekuatan-kekuatan yang diawali dengan kegiatan mahasiswa, ABRI, dan para intelektual yang lainnya.
Sedangkan gagasan awal didirikannya LP3ES adalah untuk menjadikan wadah alternatif untuk persiapan bagi para aktivis melanjutkan perjuangan, karena hampir semua yang mendirikan LP3ES, itu para aktivis dengan segala macam gerakannya, di antaranya semacam aliansi mahasiswa.
Fachry yang memulai orasinya dengan satu pertanyaan menarik, siapakah tokoh-tokoh yang menghidupi, atau dalam istilahnya sebagai konstituen, LP3ES? Menurutnya, mereka adalah metropolitan super sctructur, yaitu sekelompok anak muda yang terpelajar, menguasai bahasa asing, mobile, dan ingin memberi jarak pada masa lalu.
LP3ES berisi orang-orang muda yang jengah dengan otoriterisme Soekarno dan kebijakannya yang menyebabkan inflasi ekonomi. Sekelompok anak muda ini adalah juga unsur-unsur dari Masyumi dan PSI yang waktu itu diberangus oleh Soekarno. Maka pada mulanya, suasana kebatinan yang melatarbelakangi kelahiran LP3ES adalah perlawanan dan kritik terhadap rezim kekuasaan pada masa itu.
Lebih lanjut Fachry juga menyebut tokoh-tokoh LP3ES sebagai modernizing intellectual, yaitu kelompok intelektual yang mau melakukan modernisasi dan melakukan pembangunan. Di sini ada Sumitro, Widjojo Nitisastro, dan Emil Salim yang memberikan fondasi bagi kelahiran Orde Baru.
Pada mulanya, LP3ES memang mesra dengan Orde Baru. Intelektual LP3ES memberikan blue print bagi ideologi pembangunan Orde Baru. Ide-ide pembangunan ini terefleksi dari topik-topik Prisma, jurnal terbitan LP3ES, yang menjadi kiblat intelektual Indonesia.
Namun seiring waktu, ternyata Orde Baru terbukti berubah menjadi otoriter, terutama pada tahun 1980-an dan mulai memberangus kelompok kritis, media, dan menggusur kaum miskin demi pembangunan. Sejak saat itu LP3ES berbalik mengambil posisi kritis kepada Orde Baru.
Hal ini lagi-lagi terefleksi pada terbitan Prisma pada waktu itu yang mulai menyorot topik-topik yang membela kaum terpinggirkan. Berangkat dari semua masa lalu itu, maka spirit LP3ES sejak awal adalah melawan otoriterisme, mewujudkan demokrasi, dan menciptakan kesejahteraan ekonomi.
Reporter: MAA