Bantul, Gatra.com - Omah Budaya Kahangnan menggelar pameran seni rupa dan perhelatan aneka bentuk wayang di ajang 'Wayang sebagai Inspirasi Seni'. Pameran ini menampilkan karya 22 perupa dan pentas wayang-wayang unik.
Dibuka pada Rabu (19/8) malam, pameran yang berlangsung sampai 26 Agustus ini untuk merayakan ulang tahun pertama kantong budaya di Desa Guwosari, Pajangan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, tersebut.
"Wayang penuh seni dan inspirasi kehidupan dalam narasi ceritanya. Inilah yang menjadi inspirasi pameran ini," kata Hangno, pendiri Omah Budaya Kahangnan.
Menurutnya, nilai seni wayang bisa dilihat sejak pembuatannya, yakni melalui tatah sungging, pewarnaan, dan ikon para tokoh, hingga ke pertunjukkannya. Untuk itu, Omah Budaya Kahangnan fokus mengenalkan wayang melalui berbagai bentuk agenda seni.
Pengenalan wayang pun tidak harus selalu lewat pertunjukan oleh dalang. "Kami mengajak seniman yang peduli dengan wayang untuk lebih mengenalkan ke wayang ke masyarakat. Selain seni lukis, seni batik dan kriya juga akan kita beri ruang," lanjutnya.
Selain menggelar acara seni, Omah Budaya Kahangnan menjadi tempat belajar berbagai ilmu tentang kebudayaan Jawa, termasuk pengenalan aksara Jawa. Di tempat yang meniru pola asrama Jawa kuno, pegiat seni akan mengajar kesenian, sastra, religi, hingga teknologi.
Kurator pameran Adrian Kresna menyatakan kehadiran Omah Budaya Kahangnan menjawab tantangan pengenalan kesenian di perdesaan atau kawasan pinggiran. "Ini ibaratnya seperti seni mengepung kota. Kami coba mencontoh Festival Lima Gunung yang sukses di Magelang," ujarnya.
Untuk menghidupkan seni di desa, Omah Budaya Kahangnan akan menggelar pameran atau kegiatan seni setiap empat bulan.
Selama sepekan mengiringi pameran ini, tampil pentas wayang beber oleh Ki Indra Suroinggeno, wayang blang bleng Ki Ompong Sudarsana, wayang daur ulang Ki Sardi Beib dan wayang plastik Ki Ismoyo Budi Santoso. Juga turut dipamerkan