Sleman, Gatra.com – Puluhan ibu-ibu di Maguwoharjo, Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, memanfaatkan lahan di sempadan sungai sebagai Kampung Wisata Kalongan yang dipenuhi pohon pisang. Mereka mengolah pisang dari buah, kulit, hingga bonggolnya menjadi makanan atau oleh-oleh khas Sleman.
Ruffi Artanti, 47 tahun, Sekretaris Kelompok Wanita Tani (KWT) Kartini yang mengelola Kampung Wisata Kalongan, menjelaskan, 32 perempuan dilibatkan dalam kegiatan di kampung itu sejak 2014.
“Kebanyakan kami sudah agak sepuh (tua). Sebelum ada kegiatan ini, ibu-ibu tidak produktif. Tapi saat ini sudah ada tambahan penghasilan dan kreatif membuat makanan dari bahan baku pisang, untuk dijual maupun diberikan ke anak-anak,” kata Ruffi saat ditemui di Kampung Wisata Kalongan, Sleman, Rabu (19/8).
Ruffi mengatakan sekitar 2.000 pohon pisang ditanam di kampung itu pada 2014. Menurutnya, sekitar seribu pohon masih produktif sampai saat ini. Jenis pisangnya pun macam-macam, seperti pisang kepok, mas, cavendish, dan rojo.
“Luas lahannya sekitar 2,7 hektare yang ditanami. Di atas tanah kas desa dan pekarangan-pekarangan rumah milik warga sekitar,” katanya.
Menurut Ruffi, hasil tanaman pisang dapat diolah ke berbagai macam makanan atau oleh-oleh, seperti grubi pisang, keripik pisang, pisang krispi, eggroll pisang, pisang wijen, brownies pisang, hingga es krim pisang.
“Pohon pisang itu dari daun, buah, sampai bonggolnya berguna semua. Bonggol kami buat bonggol abon pisang. Kemudian kulit pisang rojo bisa dijadikan es krim pisang. Kulit itu direbus dulu, lalu diambil ekstraknya untuk dijadikan es krim,” ucapnya.
Ruffi mengungkapkan, olahan pisang itu dipasarkan ke warga sekitar dan dijual ke toko oleh-oleh di Sleman. Harga camilan itu bervariasi, semisal grubi pisang Rp13 ribu sampai 15 ribu per 120 gram.
Aktivitas ini menambah pemasukan para anggota KWT Kartini dan warga sekitar. Warga mendapat penghasilan dari menjual buah pisang yang mereka tanam di pekarangan rumah.
“Omzetnya belum terlalu banyak. Tapi ibu-ibu yang tadinya tidak bisa apa-apa sudah bisa mendapatkan penghasilan,” katanya.
Ruffi mengatakan, kegiatan ini juga meringankan beban tiap keluarga saat pandemi Covid-19. “Tidak khawatir kekurangan. Karena selain panen di kawasan tanah kas desa, warga sekitar setiap bulan juga ada saja yang panen dari pohon di pekarangan rumahnya,” ucapnya.
Ketua KWT Kartini, Diana Listanti, mengatakan kegiatan ini merupakan program corporate social responsibility (CSR) Pertamina melalui Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) Adi Sutjipto.
“Kami terima kasih karena telah membantu mengembangkan potensi di padukuhan kami, sehingga tercipta kampung wisata pisang di daerah kami,” katanya.
Operation Head DPPU Adi Sutjipto, Sukmawijaya, berharap ibu-ibu pengelola Kampung Wisata Kalongan bisa mandiri dan membantu keluarga meningkatkan perekonomian.
“Kami juga telah mendorong untuk menjalankan unit simpan pinjam untuk membantu masyarakat di padukuhan dalam mengatasi permasalahan ekonomi,” ucapnya.