Gaza, Gatra.com - Pesawat-pesawat tempur militer Israel kembali melakukan pengeboman di beberapa lokasi di timur kota Rafah, di Jalur Gaza yang terkepung bangian selatan.
Koresponden WAFA melaporkan Rabu (19/8), helikopter Israel melakukan serangan di sebidang tanah pertanian, yang terletak di dekat Bandara Gaza yang tidak beroperasi, di sebelah timur Rafah, sehingga menyebabkan kerusakan material.
Pasukan Israel juga melepaskan tembakan ke arah sebuah lokasi di utara kota Beit Lahia, sementara angkatan laut Israel menembakkan beberapa rudal ke laut lepas pantai kantong yang terkepung di utara.
Serangan udara dan penembakan itu mengakibatkan kerusakan material. Tidak ada korban jiwa yang dilaporkan.
Serangan terbaru menyusul ketegangan yang meningkat selama seminggu, di mana Israel menutup penyeberangan barang Karem Abu Salem dengan jalur itu. Menutup zona penangkapan ikan pesisir, dan menghentikan pasokan bahan bakar, memaksa satu-satunya pembangkit listrik Gaza untuk berhenti beroperasi.
Israel mengklaim serangan dan tindakan hukuman lainnya itu datang sebagai pembalasan atas terbangnya balon pembakar dari Gaza ke lokasi-lokasi yang berbatasan dengan Israel.
Empat belas tahun setelah "pelepasan" Israel dari Gaza, Israel belum benar-benar melepaskan diri dari Gaza. Ia masih terus mempertahankan kendali atas perbatasan darat, akses ke laut dan ruang udara.
Dua juta warga Palestina tinggal di Jalur Gaza, yang telah menjadi sasaran blokade Israel yang menghukum dan melumpuhkan selama 12 tahun dan serangan gencar berulang-ulang yang telah merusak banyak infrastruktur daerah kantong tersebut.
Dua juta penduduk Gaza tetap berada di bawah pendudukan "kendali jarak jauh" dan pengepungan secara ketat, yang telah menghancurkan ekonomi lokal, mencekik mata pencaharian Palestina, menjerumuskan mereka ke dalam tingkat pengangguran dan kemiskinan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Selain itu terputus dari sisa wilayah Palestina yang diduduki dan dunia yang lebih luas.
Gaza tetap menjadi wilayah pendudukan, tidak memiliki kendali atas perbatasan, perairan teritorial, atau wilayah udaranya. Sementara itu, Israel sedikit sekali menjunjung tinggi tanggung jawabnya sebagai kekuatan pendudukan, gagal memenuhi kebutuhan dasar warga sipil Palestina yang tinggal di wilayah tersebut.
Setiap dua dari tiga orang Palestina di Gaza adalah pengungsi dari tanah di tempat yang sekarang disebut Israel. Pemerintah melarang mereka menggunakan hak mereka untuk kembali seperti yang tercantum dalam hukum internasional karena mereka bukan Yahudi.
Sebaliknya, Presiden Israel Reuven Rivlin mengeluarkan peringatan kepada Hamas selama kunjungan ke petugas pemadam kebakaran di daerah perbatasan, dengan mengatakan mereka terpanggil akibat 40 kobaran api yang disebabkan oleh balon pembakaran Palestina pada hari Selasa.
“Terorisme dengan menggunakan layang-layang dan balon pembakar adalah terorisme seperti yang lainnya,” kata Rivlin kepada mereka, menurut pernyataan dari kantornya, dikutip AFP.
“Hamas harus tahu bahwa ini bukan permainan. Waktunya akan tiba ketika mereka harus memutuskan ... Jika mereka ingin perang, mereka akan berperang, ” kata Rivlin, yang menjabat hanya sebagian besar bersifat seremonial.
Israel dan Hamas telah berperang tiga kali sejak 2008.
Terlepas dari gencatan senjata tahun lalu yang didukung oleh Mesir, Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Qatar, Hamas dan Israel bentrok secara sporadis, dengan balon pembakar atau roket atau mortir Palestina, yang menarik serangan balasan Israel dan sanksi terhadap warga sipil di Gaza.
Sumber Hamas mengatakan kepada AFP bahwa kelompok Islamis telah mengadakan pembicaraan dengan delegasi Mesir di Gaza pada hari Senin sebelum meninggalkan wilayah itu, untuk pertemuan dengan Israel dan Otoritas Palestina yang berbasis di Tepi Barat.
Delegasi Mesir diperkirakan akan kembali ke Gaza setelah pembicaraan itu selesai.