Beijing, Gatra.com - Cina dan Somalia mengecam Taiwan karena membuka kantor perwakilan di negara bagian Somaliland yang memisahkan diri. Pemisahan diri itu kurang mendapat pengakuan internasional. Kedua negara senasib itu menjalin hubungan yang lebih kuat. Demikian AFP, 18/8.
Taiwan membuka kantornya di ibu kota Somaliland, Hargeisa pada Senin, dengan mengibarkan bendera kedua wilayah dan lagu kebangsaan mereka. Beijing menuduh pihak berwenang di Taiwan melakukan separatisme dan bertindak dengan "putus asa".
Kementerian luar negeri Somalia mengutuk "upaya sembrono Taiwan untuk melanggar kedaulatan Republik Federal Somalia dan melanggar integritas teritorialnya".
Taiwan yang demokratis dan berpemerintahan sendiri secara resmi hanya diakui oleh 15 negara. Presiden Tsai Ing-wen berkuasa pada 2016 menggambarkan Taiwan sebagai "sudah merdeka". Tetapi Cina memandang pulau itu sebagai wilayahnya sendiri dan telah berjanji untuk merebutnya suatu hari nanti, dengan kekerasan jika perlu.
Taiwan selama beberapa dekade telah terlibat dalam tarik-menarik diplomatik dengan Beijing di mana masing-masing pihak mencoba merayu sekutu lainnya dengan insentif keuangan dan lainnya.
Juru bicara kementerian luar negeri Cina, Zhao Lijian mengatakan dalam jumpa pers reguler bahwa Beijing "dengan tegas menentang Taiwan dan Somaliland mendirikan organisasi resmi atau melakukan hubungan resmi satu sama lain". “Hanya ada satu Cina di dunia dan Taiwan adalah bagian yang tidak terpisahkan darinya,” katanya.
Somaliland berada dalam posisi yang agak mirip dengan Taiwan, setelah mendeklarasikan kemerdekaan dari Somalia pada tahun 1991, sebuah tindakan yang tetap tidak diakui oleh komunitas internasional.
Sementara Somalia selatan yang anarkis telah terpecah oleh pertempuran bertahun-tahun antara beberapa pasukan milisi dan kekerasan Islam, Somaliland relatif menikmati kedamaian.
Pernyataan dari kementerian luar negeri Somalia mendesak Taiwan untuk menghentikan diplomasi yang salah ke bagian manapun dari wilayahnya.