Blora, Gatra.com - Pelaksanaan sistem pembelajaran dalam jaringan (daring) selama pandemi Covid -19 faktanya kurang disukai oleh orang tua murid di Kabupaten Blora. Mereka lebih menginginkan digelarnya sistem pembelajaran luring atau tatap muka langsung.
Arif Nirwanto salah satu orang tua murid warga Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora, mengungkapkan, banyak masalah yang muncul selama penerapan sistem daring. Mulai dari membengkaknya kebutuhan ekonomi hingga pola pendidikan yang kurang terarah.
"Anak saya dua, kelas 3 SD sama 1 SMP, untuk kebutuhan kuota keduanya saja setiap bulan hampir 300 ribu. Belum kadang tugas dari guru yang membingungkan. Contohnya saat anak saya dapat tugas video pemanasan olahraga. Kita sudah buat, kata gurunya salah disuruh buat lagi. Tapi kita tidak dikasih petunjuknya. Malah disuruh cari di YouTube," kata Arif, Selasa (18/8)
Arif mengginginkan agar sistem pembelajaran dibuat tatap muka. Namun penerapannya harus dilakukan sesuai protokol kesehatan.
"Memang kita paham, kondisinya masih seperti ini, kasus positif terus bertambah. Tapi kalau saya inginnya pembelajaran tatap muka tapi tetap menerapkan protokol kesehatan. Itu lebih baik daripada daring tapi membuat orang tua yang susah," ungkapnya.
Keinginan sama juga disampaikan Nur Safora salah satu orang tua murid di SDN Tambahrejo Blora kota. Menurutnya, sistem daring kurang tetap diterapkan bagi anak-anak yang baru saja masuk ke SD.
"Anak saya kan baru masuk kelas 1, jadi ya kurang pas kalau daring. Mereka kurang bisa memahami pelajaran dengan baik. Malah kadang orang tuanya yang repot mengerjakan," ujarnya.
Dirinya pun mengusulkan digelarnya sekolah tatap muka dengan sistem sesi. "Luring tapi di sesi. Pelajaran hanya 2 jam saja. Tidak ada istirahat. Pelajaran selesai langsung pulang. Nanti disusul sesi berikutnya juga sama 2 jam pelajaran," jelasnya.
Pemkab Blora sendiri sebelumnya telah mewacanakan pembelajaran tatap muka. Namun sebagai pilot projectnya hanya akan dilakukan di 5 SMP dan 1 SD.