Jakarta, Gatra.com-Melemahnya ekonomi nasional akibat pandemi Covid 19 tidak membuat sektor pertanian menurun. Terbukti, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam keterangan tertulisnya, Selasa (18/8) menunjukkan ekspor pertanian pada bulan Juli ini mengalami peningkatan sebesar 24,10 persen (m to m) atau 11,17 persen (y to y).
Kenaikan ini bahkan menjadi satu-satunya yang paling signifikan ketimbang sektor migas, industri pengolahan dan pertambangan.
Peningkatan tersebut menurut Kepala Biro Humas dan Informasi Publik, Kuntoro Boga Andri merupakan bukti kuat bahwa sektor pertanian adalah sektor strategis dalam pembangunan ekonomi nasional.
Peningkatan, kata Kuntoro masih didominasi oleh subsektor hortikultura dan perkebunan. Dua subsektor ini berkontribusi baik yang meliputi tanaman obat aromatik dan rempah-rempah yang sedang dibutuhkan masyarakat dunia.
"Ada juga sarang burung walet, kopi, sayuran, buah, hasil hutan bukan kayu hingga biji kakao. Yang jelas, pertanian ekspornya sangat menggembirakan pada bulan ini dan menjadi angin segar di tengah kondisi yang ada," katanya.
Perlu diketahui, neraca perdagangan pada Juli 2020 surplus US$3,26 miliar. Hal ini terjadi karena peningkatan ekspor dari Juni mencapai 14,33 persen. Sedangkan nilai impornya mengalami penurunan sebesar 2,73 persen.
Pertanian menurut Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo merupakan salah satu sektor yang mampu membuka lapangan pekerjaan besar karena adanya akses pasar yang terbuka lebar.
Apalagi, Indonesia menurutnya merupakan negara agraris yang dikaruniai sinar matahari berlimpah dan kebutuhan air yang cukup.
"Pertumbuhan ekspor pertanian yang terus meningkat menunjukkan bahwa kinerja sektor pertanian masih berjalan normal dan tetap melakukan produksi meski dalam suasana krisis," kata SYL.
Selain ekspor, Kuntoro juga menyampaikan bahwa upah buruh tani tumbuh positif dengan tren kenaikan 0,20 persen pada bulan Juli 2020. Kenaikam terjadi lantaran imbas musim panen raya yang melimpah.
"Upah buruh tani menjadi Rp55.613 per hari dari sebelumnya Rp55.503. Sementara itu, upah riil buruh tani mengalami kenaikan 0,32 persen menjadi Rp52.549 karena terjadinya deflasi di pedesaan," katanya.
Kuntoro menambahkan, kenaikan upah buruh tani pada bulan Juli 2020 karena di bulan tersebut ada deflasi 0,13 persen. Dengan demikian, upah riil buruh tani naik sekitar0,32 persen.
"Sementara itu, rata-rata nominal upah buruh, dari Rp89.737 menjadi Rp89.800. Upah riil naik 0,17 persen, yaitu dari Rp85.415 menjadi Rp85.565," tutupnya. (Adv)