Purwokerto, Gatra.com - Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto mulai mengoperasikan laboratorium tes virus Corona berbasis Reverse Transciption Polimerase Chain Reaction (RT PCR) pekan depan. Fasilitas yang berlokasi di Laboratorium Riset Terpadu komplek Fakultas Biologi Unsoed dapat memeriksa 90-95 sampel usap setiap hari.
Kepala Laboratorium Riset Terpadu Unsoed, Prof Dra Endang Srimurni Kusmintarsih SU Phd saat soft launching lab Covid-19 Unsoed, Selasa (18/8), mengatakan, lab tersebut akan beroperasi mulai Senin (24/8). Selain peralatan, lab tersebut juga dilengkapi 18 orang tenaga terlatih dan teruji.
"Saat ini kami hanya menerima sampel dari Dinas Kesehatan, jadi bukan dari masyarakat umum ke sini," katanya.
Dia menjelaskan, laboratorium untuk uji sampel virus Covid-19 harus mendapat izin kode sampel dari tingkat nasional. Selain itu harus memiliki tingkat keamanan bio-safety level 2. Lab dengan tingkat keamanan seperti ini juga harus memiliki biosafety cabinet dan alat-alat untuk melakukan proses uji.
Persyaratan lainnya, ruangan juga harus kokoh. Contohnya, penggunaan kaca harus cukup tebal supaya tidak mudah terjadi kerusakan saat terjadi tekanan.
"Ada ultraviolet, alat untuk sterilisasi alat pelindung diri dan peralatan yang sudah dipakai serta kamar mandi untuk membersihkan diri setelah melakukan tes," jelasnya.
Rektor Unsoed, Prof Suwarto MS mengatakan, peralatan canggih yang tersedia di lab tersebut sejatinya sudah dimiliki sejak tahun 2010. Namun, akhirnya dapat difungsikan pada masa pandemi Covid-19 saat ini.
"Setelah dilengkapi dan mendapat dukungan dari Pemkab Banyumas kami ingin membantu berkontribusi untuk menjaga kesehatan masyarakat," ucapnya.
Pada kesempatan tersebut, Bupati Banyumas, Achmad Husein mengaku sangat beruntung lantaran wilayahnya memiliki laboratorium untuk memeriksa sampel. Fasilitas ini tentu sangat membantu masyarakat.
"Dari analisa tim Unsoed, jika diambil 18.000 sampel swab cukup untuk mengindentifikasi gambaran penularan Covid-19 di Banyumas. Tapi menurut saya itu tidak cukup. Menurut saya 50.000 sampel tapi jangan asal ambil, betul-betul kelompok rentan, komunitas, desa yang potensial karena untuk melindungi masyarakat," katanya.