Blora, Gatra.com – Sudah 75 tahun Indonesia merdeka. Namun, kemerdekaan itu sepertinya tidak dirasakan oleh anak-anak di Dusun Alasmalang Desa Pengkoljegong Kecamatan Jati Kabupaten Blora.
Di jaman yang sudah canggih ini, mereka masih saja kesulitan mengakses teknologi. Pasalnya, daerah mereka berada di tengah hutan dan jauh dari kota.
Perlu tenaga ekstra untuk bisa menuju dusun tersebut, karena harus melewati hutan dan jalan berbatu, jika musim hujan tiba akses jalan akan sangat licin.
Pada saat pandemi civid-19 seperti ini anak-anak di wilayah tersebut harus berjuang mencari sinyal untuk dapat mengikuti pelajaran daring.
Adit, siswa asal SMK Negeri 1 Jati bersama teman-temannya setiap pagi harus mendatangi gubuk mencari tempat sinyal. Hal ini dilakukannya rutin mulai dari pukul 07.00 WIB sampai pukul 15.15 WIB.
“Di sini tempat yang ada sinyalnya ya di gubuk ini mas. Jam 7 pagi biasanya sudah di sini, nanti jam 12 pulang makan dan kembali lagi trus jam 3 sore pulang,” kata Adit, Senin (17/8)
Adit mengatakan, untuk kebutuhan belajar daring, setiap bulannya ia membeli kuota sampai 60 ribu. Uang tersebut merupakan uang saku dari orang tuanya yang ia gunakan untuk membeli kuoat pulsa.
“Kuota harus ada terus, soalnya nanti kalau ada tugas ditulis dulu trus difoto kemudian dikirim lewat WA. Semoga corona cepat berlalu agar bisa masuk sekolah seperti biasanya. Kangen dengan teman-teman semuanya,” ujarnya.
Rekan Adit, Yoyok mengungkapkan hal serupa. Masalah signal menjadi kendala utama baginya dalam mengikuti pembelajaran daring. Untuk mencari signal ia harus berjalan ke arah gubuk yang berada di tengah persawahan.
"Kalau disini kendala utama memang signal mas. Signalnya kosong. Dapatnya ya disini ini, si gubuk ini. Ini aja kita gunakan ramai-ramai," ujarnya.