_thumb.jpg "Bupati Manggarai Barat Minta Masyarakat Harus Berantas Judi Online")
_(1)_11zon1_thumb.jpg "Keluarga Optimistis Menangkan PSU DPD RI Eks Terpidana Kasus Suap")
.jpeg)
Jakarta, Gatra.com - Presiden Joko Widodo memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2021 mendatang berada di kisaran 4,5 persen hingga 5,5 persen. Hal itu dia sampaikan pada pidato penyampaian keterangan pemerintah atas RUU Tentang APBN tahun anggaran 2021 beserta nota keuangannya di Gedung Nusantara II MPR/DPR, Jakarta, Jumat (14/8).
Menanggapi hal itu, anggota Fraksi Partai Demokrat, Herman Khaeron mengatakan bahwa apa yang disampaikan presiden merupakan suatu sikap ambisius dan memiliki rasa optimisme. Namun, di sisi lain, hal itu mesti disesuaikan dengan kondisi saat ini.
"Bahwa kemarin ada penurunan angka pertumbuhan, tentu kalau mau break up sampe ke 4,5 hingga 5,5 persen, butuh effort yang luar biasa," ujarnya ketika ditemui usai sidang tahunan MPR.
Herman melanjutkan, dengan kondisi krisis seperti sekarang, target yang dikemukakan Jokowi semestinya diselaraskan dengan tingkat kemampuan terhadap daya beli dan investasi. Di sisi lain, Herman menilai bahwa APBN tampaknya akan menjadi stimulus utama sebagai government spending untuk pemulihan ekonomi nasional.
Sementara itu, krisis kesehatan dalam menangani pandemi Covid-19 harus semakin dimasifkan. Menurut Herman, krisis kesehatan dan krisis ekonomi tidak bisa dipisahkan. Dengan kata lain, keduanya memiliki keterkaitan. Jika yang satu tidak dapat dibenahi, maka krisis akan terus berlanjut.
Kendati demikian, Herman mengaku bahwa Partai Demokrat tetap mengapresiasi upaya pemerintah terkait pandemi. Tetapi, kata Herman melanjutkan, kalau melihat dari kualitas hasil, maka perlu ada evaluasi. "Percuma kalau upayanya keras, tetapi peningkatan infeksi terus terjadi," pungkasnya.
