Solo, Gatra.com – Saat ini hanya tinggal Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang tidak memberikan dukungan pada pasangan bakal calon wali kota dan wakil wali kota Solo Gibran Rakabuming Raka dan Teguh Prakosa. Dengan keluarnya dukungan dari PAN dan Gerindra untuk pasangan Gibran-Teguh, dipastikan PKS tidak bisa membangun koalisi.
Sehingga semakin besar pula kemungkinan bagi pasangan yang diusung oleh PDIP ini untuk melawan kotak kosong. Apalagi pasangan calon independen Bajo kini juga sedang 'diganggu' dengan dilaporkan ke Bawaslu terkait dukungan palsu.
Terkait hal ini Wakil Ketua Bidang Pemenangan Pemilu (Bapilu) PKS Sugeng Riyanto menilai jika hal ini menjadi pertanda kemunduran demokrasi di kota Solo. Menurutnya langkah PAN dan Gerindra tersebut membuat demokrasi di kota Solo menjadi tidak hidup. ”Seharusnya partai politik malu jika nantinya Gibran melawan kotak kosong,” ucapnya saat dihubungi Kamis (13/8).
Lagi pula saat ini partai-partai tersebut akan memiliki resiko besar. Sebab mereka memiliki pendukung yang mayoritas tidak senang dengan sosok Gibran. Sehingga jangan disalahkan jika nantinya suara mereka beralih saat partainya memberikan dukungan ke Gibran.
”Kalau melihat PAN dan Gerindra, pengaruhnya akan ke 2024. Partai-partai ini bisa mengalami krisis eksistensi. Hal ini tentunya juga harus menjadi pertimbangan dong,” ucapnya.
Menurutnya masih ada peluang hingga pendaftaran di Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada 6 September mendatang. ”Kami punya fakta empiris di Karanganyar. Dimana hanya tinggal 1 hari sebelum pendaftaran dan rekom sudah turun dengan tanda tangan resmi, dukungan masih bisa dialihkan. Artinya masih ada celah,” ucap Sugeng.
Upayanya yakni dengan melakukan lobi di tingkat pusat melalui Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PKS Jawa Tengah. Diharapkan PKS di tingkat pusat dapat melakukan lobi dan membangun komunikasi dengan partai-partai yang memiliki kursi di kota Solo. ”Kami juga meminta tolong pada kandidat yang ingin maju untuk memainkan link di Jakarta. Kami juga sudah titip pesan itu,” ucapnya.