Jakarta, Gatra.com - Tokoh Enterpreneur Nasional, Sandiaga Salahudin Uno meminta generasi muda atau milenial memanfaatkan peluang usaha di tengah pandemi Covid-19. Menurutnya, ada banyak usaha yang bisa dilakoni saat ini sejalan dengan aturan Pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Ia berharap, anak-anak muda milenial bisa menangkap peluang yang ada di balik pandemi ini. Beberapa sektor yang dinilai Sandiaga sebagai peluang bagi milenial antara lain sektor alat kesehatan seperti APD dan masker, alat olah raga, serta makanan siap saji.
“Karena kita tidak bisa menunggu dari kerja tim PEN yang dibentuk pemerintah, karena organisasinya sangat gemuk, berpotensi membuat birokrasi baru, dapat memperlambat eksekusi program, membuat K/L serta pemda makin kebingungan untuk koordinasi. Apalagi dunia usaha,” kata Sandiaga di Jakarta, Rabu (12/8).
Oleh karena itu, lanjutnya, kaum milenial harus bisa menjadi tulang punggung ekonomi negara yang saat ini sedang terpuruk. Pasalnya, anak-anak milenial telah sangat akrab dengan digitalisasi yang memudahkan dunia usaha.
“Milenial ini kan, generasi-generasi yang dahsyat karena sebelum pandemi mereka sudah digital needed, dan milenial ini menjadi lini terakhir kita untuk di pandemi ini. Milenial juga menjadi tulang punggung di fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan,” ujarnya.
Oleh karena itu, investasi yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun institusi serta perusahaan swasta terhadap generasi muda, melalui sejumlah kegiatan pendidikan, pelatihan, ataupun kompetisi, akan berkontribusi penting terhadap masa depan Indonesia. Menurut Sandiaga, sudah waktunya mendorong generasi muda menjadi lokomotif yang turut berkontribusi dalam membangun perekonomian Indonesia.
“Saya melihat banyak potensi anak muda dalam pembangunan ekonomi di Indonesia,” katanya.
Anggota Komisi XI DPR RI, Kamrussamad setuju dengan pernyataan Sandiaga ini. Menurutnya, generasi milenial memliki potensi yang cukup baik untuk bisa membantu perekonomian Indonesia. Salah satu caranya, dengan menjadikan generasi milenial sebagai investor yang aktif berpartisipasi di pasar modal.
“Jumlah investor di Indonesia sampai dengan hari ini belum mencapai 1% dari total penduduk Indonesia. Meski telah terjadi peningkatan tiap tahunnya, jumlah tersebut masih menjadi tantangan besar. Apalagi dengan tingginya tingkat imbal hasil yang dimiliki oleh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama lima sampai 10 tahun terakhir, pasar modal seharusnya bisa memberi kontribusi lebih banyak untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia,” jelasnya.
Anggota DPR yang juga Founder KAHMIPreneur ini juga menyebut akan terus mengajak generasi muda untuk belajar berinvestasi saham dan investasi lainnya dengan memanfaatkan teknologi dan aplikasi digital.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia, Inarno Djajadi menuturkan, di tangah pandemi Covid-19 saat ini investor retail menjadi salah satu yang berkembang sangat pesat. “Justru Pertumbuhan yang berkembang saat ini adalah investror retail,” katanya.
Namun, lanjut Inarno, perkembangan ekonomi juga tergantung dari adanya politik luar negeri seperti pemilu di Amerika Serikat. Selain itu, The Fed juga memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap perekonmian dunia.
“Indeks harga saham kita adalah minus 18.34%, tapi kalau secara sepuluh tahun, kita masih diatas rata-rata di ASEAN. Dan index yang terendah tahun ini dan naik sekarang mulai 9,8 T,” tuturnya.