Cilacap, Gatra.com – Petani ladang di tepi hutan Kawunganten, Cilacap, Jawa Tengah resah akibat serangan babi hutan atau celeng yang mengganas pada puncak kemarau Agustus ini. Celeng menyerang jagung dan tanaman palawija lainnya hingga nyaris tak tersisa.
Tak hanya celeng, pada musim kemarau ini petani juga dirugikan oleh serangan hama tikus yang juga menyerang tanaman di ladang penduduk. Berbagai jenis kacang-kacangan, ketela, ubi, hingga tanaman rusak dan gagal panen. “Habis itu. Sisanya paling berapa kandi (karung),” kata Sugeng, seorang petani di tepi hutan Kedungborang, Kawunganten.
Menurut dia, celeng memang sudah lama selalu mengganggu tanaman petani. Akan tetapi, intensitas serangan tak separah kemarau tahun ini. Tak hanya memakan biji jagung, celeng juga kerap hanya merusak tanaman.
Sugeng menanam jagung di ladangnya yang seluas 1,5 hektare. Dari ladang seluas itu, biasanya ia menghasilkan jagung kisaran 4-5 ton. Akan tetapi, kali ini ia hanya bisa memanen tidak lebih dari tiga kwintal. “Nggak tahu itu cuma dapat berapa. Lagi dijemur. Itu bekas celeng dan tikus,” ucapnya.
Dia menduga sumber pakan di tengah hutan semakin menipis. Akibatnya, celeng keluar habitatnya dan menyerang ladang penduduk. Bahkan, sekitar Juni, ada pekerja di kebunnya yang menemukan sarang babi hutan dengan beberapa anak babi hutan di dalamnya. “Ada sudungnya (sarangnya). Yang satu ditangkap tapi terus mati,” ucapnya.
Dia mengakui, perburuan celeng sering dilakukan oleh komunitas penembak maupun perorangan. Namun, jumlah babi hutan yang berhasil diburu tidak cukup signifikan untuk menurunkan populasi celeng di hutan. Akibatnya, serangan tetap terjadi. “Yang kena paling satu dua, yang berkeliaran mungkin masih ratusan ekor,” tuturnya.