Home Ekonomi Pakar UGM: Stimulus Lambat, UKM Jadi Usaha Kami Modyar

Pakar UGM: Stimulus Lambat, UKM Jadi Usaha Kami Modyar

Yogyakarta, Gatra.com - Usaha kecil, dan menengah (UKM) serta koperasi terdampak pandemi Covid-19. Pengajar Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (UGM) Mudrajad Kuncoro menyatakan langkah penyelematan UKM dan koperasi harus dipercepat.

“Istilahnya mereka PDP dan ODP juga, Ora Duwe (tak punya) Penghasilan dan Podo Dadi (semua jadi) Pengangguran,” kata dia memlesetkan singkatan untuk pasien pasien Covid-19, saat dihubungi Gatra.com, pekan lalu.

Selama masa pandemi, UKM megalami lockdown karena tak ada demand dan pasokan turun. Pengangguran pun naik, akibatnya kemiskinan dan ketimpangan juga naik. “Pengangguran bisa 4-9 juta,” katanya.

Ia mengingatkan krisis pandemi ini beda dengan krisis ekonomi 1998. “Waktu itu yang kena konglomerat, pasar modal, dan valas. Sekarang, mereka kena, tapi UKM-nya juga ambyar.”

Menurut dia, langkah pemberian restrukturisasi kredit tidak cukupkarena hanya membebaskan bunga selama 6 bulan. “Setelah itu beban mereka malah meningkat. Mereka butuh modal awal untuk bangkit kembali dan ini tergantung APBN dan daerah juga dengan APBD-nya,” tuturnya.

Langkah pemberian subsidi bunga yang telah diumumkan Presiden Joko Widodo bisa jadi harapan. Namun pelaksanaan kebijakan itu juga harus menunggu juklak dan juknis. “Kebijakan tiap bank juga berbeda,” kata dia.

Menurut Mudrajad, kebijakan penyelamatan UKM dan koperasi harus cepat. Apalagi pertumbuhan ekonomi pada triwulan 2 2020 ini minus 5,32 persen

“Kalau setelah dua periode ini negatif akan terjadi resesi. Titik krusialnya triwulan 3 harus tumbuh. Progran stimulus tidak akan berdampak kalau tidak segera dilaksanakan. Sekarang ini masih slow motion (lambat),” katanya.

Realisasi program pemulihan ekonomi nasional, termasuk untuk UKM dan koperasi juga masih 10-16 persen. “Realisasi anggaran ini perlu dipercepat. Kalau tidak, UKM jadi usaha kami megap-megap, usaha kami modyar,” selorohnya.

Ia menjelaskan penyelamatan UKM dan koperasi penting karena dari total 64 juta usaha, 99 persen adalah UKM. Namun peran ekspor UKM baru 14-16 persen. Toh nilai tambahnya mencapai 60 persen. “Tenaga kerjanya juga substansial. Bagian terbesar pelaku bisnis itu UKM, jadi harus selamatkan mereka dulu.”

Sayangnya, upaya belanja dan penggunaaan produk UKM belum masif. Padahal masa pandemi bisa jadi momentum untuk menggenjot produktivitas dan belanja dari UKM, yakni untuk produk kesehatan seperti alat pelindung diri da masker, hingga ventilator.

“Sekarang produk-produk masker dan APD meningkat ratusan persen. UKM produsen masker dikasih saja order supaya UKM hidup. Jangan impor. Saatnya bela dan beli produk kesehatan UMKM,” katanya.

223