Home Internasional Diplomasi Vaksin Cina

Diplomasi Vaksin Cina

Pada saat negara-negara kaya sibuk mengijon vaksin Covid-19, Cina mengeklaim akan menyediakan akses bagi negara-negara berkembang untuk mendapatkan penawar wabah ini. Jurus soft power Cina untuk proyek OBOR?


Sedikitnya ada 160 vaksin penawar SARS-CoV-2 dalam proses pengembangan. Vaksin-vaksin yang dikembangkan Cina berada di garda terdepan. Jauh-jauh hari, di hadapan WHO, Presiden Cina Xi Jinping, menegaskan vaksin buatan negaranya akan tersedia bagi siapa saja di seluruh dunia. Pernyataan ini seperti menyindir aksi sejumlah negara kaya yang mengejar kesepakatan dengan perusahaan farmasi demi mendapatkan vaksin pertama kali untuk rakyatnya. Dengan kekuatan modal dan pengaruhnya, akan sulit menolak permintaan seperti itu. 

"Cina tidak akan berperilaku seperti negara-negara itu dan melakukan monopoli atau membeli semua vaksin," kata juru bicara Kemenlu Cina, Hua Chunying, bulan lalu.

Sayangnya, Beijing tidak menjelaskan bagaimana mereka akan bekerja sama mewujudkan misi menyediakan vaksin untuk kepentingan publik global, sedangkan pada saat yang sama, menyediakan vaksin untuk warganya sendiri yang mencapai 1,4 miliar orang.

Beijing telah membuat tawaran sendiri ke negara-negara berkembang. Nepal, Afghanistan, Pakistan, dan Filipina disebut-sebut sebagai negara penerima manfaat dari vaksin buatan Cina. Menlu Cina, Wang Yi, juga sudah pernah menawarkan pinjaman US$1 miliar untuk negara-negara Amerika Latin dan Karibia agar bisa membeli vaksin Covid-19. Pada Juni, Presiden Xi mengatakan bahwa negara-negara Afrika akan mendapat akses prioritas begitu proses pengembangan dan penyebaran vaksin di Cina tuntas.

Membantu negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah mendapatkan akses ke vaksin, dapat membantu meneguhkan posisi internasional Cina. Demikian pendapat Yanzhong Huang, peneliti senior kesehatan global di Council on Foreign Relations, New York, kepada South China Morning Post. "Jika Cina memainkan "diplomasi vaksin", ini akan memproyeksikan soft power Cina dan membantu merevitalisasi implementasi Belt and Road Initiative," katanya.

***

Secara historis, Cina bukan pemain utama dalam pasokan vaksin global. Produksinya lebih banyak terserap untuk kebutuhan domestiknya. Berbeda dari India atau pun perusahaan farmasi Barat.

Beberapa produsen besar Cina pernah berkontribusi pada kampanye vaksinasi PBB. Tahun lalu, tiga perusahaan Cina menyiapkan vaksin Hepatitis A, polio, dan pneumokokus yang semuanya dibeli oleh United Nations Children"s Fund (UNICEF).

Sedikitnya, 13 perusahaan farmasi di Cina membangun fasilitas untuk produksi vaksin Covid-19. Tidak disebutkan berapa banyak dosis yang dapat dihasilkan oleh fasilitas tersebut. Dua di antaranya merupakan fasilitas produksi yang dibangun anak perusahaan Sinopharm. Satu di Wuhan yang bisa menghasilkan 100 juta dosis per tahun, sedangkan yang lain di Beijing, dengan kapasitas 120 juta dosis. Sinovac membangun pabrik untuk menghasilkan 100 juta dosis.

Direktur Riset BioPlan Associates, Vicky Xia, menilai Negeri Tirai Bambu itu tidak akan kesulitan meningkatkan produksi. Ia mengatakan, krisis ini bisa menjadi batu loncatan untuk meningkatkan keterlibatan Cina di pasar vaksin global. "Cina telah lama memiliki aspirasi untuk mengekspor vaksin ke pasar luar negeri," katanya.

Pilihan lain untuk memenuhi permintaan global, dapat mencakup transfer teknologi yang memungkinkan negara lain memproduksi vaksin yang dikembangkan di Cina, seperti Sinovac dengan produsen vaksin di Brasil dan Indonesia. Namun rintangan tambahan bagi Cina, mungkin soal kepercayaan. Reputasi industri vaksin Cina tidak terlalu mengilap. Pernah diguncang skandal, termasuk vaksin di bawah standar.

Dua perusahaan farmasi Cina yang sedang menyiapkan vaksin Covid-19 tahap akhir, yaitu Sinovac dan Sinopharm, sudah mendapat status prakualifikasi WHO untuk vaksin tertentu. Artinya dengan sertifikasi tersebut, produk-produk mereka sudah berkualitas tinggi dan memenuhi syarat pembelian massal terkait program vaksinasi yang berafiliasi dengan PBB.

Rosyid

Siapa Dapat Dari Mana

Negara-negara di seluruh dunia harap-harap cemas menanti hadirnya vaksin yang akan menghentikan penyebaran wabah Covid-19. Saat ini, sedikitnya 160 vaksin sedang dalam proses pengembangan dan 30 di antaranya sudah memasuki tahap uji klinis pada manusia. Diharapkan hitungan bulan tuntas. Bagaimana negara-negara ASEAN dan sekitarnya mendapatkan vaksin, berikut ringkasannya:

Vietnam

Negara yang sukses mengadang Covid-19 ini, mengembangkan vaksin sendiri. Menurut laman VnExpress, pemerintah menargetkan vaksin sudah tersedia pada tahun depan. Ada empat lembaga, yaitu Vaccine and Biological Production No. 1 (VABIOTECH), Center for Research and Production of Vaccines and Biologicals (POLYVAC), Institute of Vaccines and Medical Biologicals (IVAC), serta Nanogen Pharmaceutical Biotechnology, yang ditunjuk dan diklaim sudah menunjukkan hasil positif.

Indonesia

BUMN Bio Farma bekerja dengan Sinovac untuk mengembangkan vaksin virus corona sejak April. Jika berhasil, akan memproduksi hingga 250 juta dosis setahun. Indonesia juga menyiapkan vaksin sendiri yang dikembangkan konsorsium LIPI.

Filipina

Filipina juga mengincar vaksin buatan Cina. Negara ini sedang menghadapi lonjakan infeksi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Jumat pekan lalu, Duta Besar Rusia di Manila juga menawarkan bantuan vaksin dari Rusia, seperti dilaporkan laman INQUIRER.net.

Malaysia

Malaysia tampaknya juga berminat dengan vaksin buatan Cina, meski mencari opsi lain dari Amerika Serikat atau Inggris, seperti dilaporkan laman CNA pekan lalu.

Thailand

Kerajaan ini mengembangkan sendiri vaksin yang dikerjakan oleh Chulalongkorn University. Saat ini sudah diuji coba pada hewan. Uji klinis pada manusia direncanakan pertengahan tahun depan. Bangkok juga menganggarkan 600 juta baht (Rp283 miliar) untuk membeli vaksin buatan Universitas Oxford.

Singapura

Negara pulau ini mendanai perusahaan bioteknologi Amerika Arcturus Therapeutics untuk mengembangkan vaksin. Arcturus bermitra dengan Duke-NUS Medical School. Saat ini masih dalam tahap awal uji klinis. Targetnya memproduksi 30 juta dosis vaksin sekali pakai, seperti dilaporkan Bloomberg.

Cina

Cina adalah salah satu negara yang berada di garis depan perlombaan vaksin global. Salah satu vaksin yang dikembangkan CanSino Biologics, Tianjin, sudah dipakai militer Cina. Ini menjadikan CanSino perusahaan pertama yang memiliki vaksin virus corona yang disetujui untuk penggunaan terbatas. Perusahaan Cina lainnya, termasuk Sinovac dan Sinopharm, telah meluncurkan uji coba fase tiga. Yang pertama akan melakukan uji coba di Brasil, sedangkan yang kedua akan menguji vaksinnya di Uni Emirat Arab.

Amerika Serikat

Perusahaan bioteknologi Amerika, Moderna, juga telah mencapai uji coba fase tiga, seperti vaksin yang diproduksi Universitas Oxford dan AstraZeneca Inggris. Amerika Serikat juga akan mendapat vaksin dari kolaborasi BioNTech Jerman dan raksasa farmasi Amerika Serikat, Pfizer.

Jepang

Pfizer dan BioNTech telah setuju memasok Jepang dengan 120 juta dosis vaksin virus corona eksperimental mereka pada paruh pertama 2021.

Rusia

Rusia menyiapkan dua vaksin, salah satunya dikembangkan Gamaleya Research Institute yang telah menyelesaikan uji klinis dan sedang menyiapkan vaksinasi massal pada Oktober mendatang.

Rosyid