Jakarta, Gatra.com - Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi (Menristek/Kepala BRIN), Bambang Brodjonegoro mengatakan saat ini upaya pengembangan vaksin COVID-19 terus dilakukan Indonesia. Pengembangan vaksin dalam negeri yang disebut Vaksin Merah-Putih terus diupayakan seiring dibukanya peluang kerja sama pengembangan vaksin bersama negara-negara sahabat.
Dijelaskan Bambang, Vaksin Merah-Putih merupakan vaksin yang dikembangkan secara mandiri oleh Indonesia, sesuai arahan Presiden Joko Widodo, dengan titik berat pada empat faktor: kecepatan, efektivitas, akurasi, dan kemandirian. Pengembangan vaksin ini dikerjakan oleh Tim Pengembangan Vaksin Merah-Putih yang dipimpin LBM Eijkman, dengan platform protein rekombinan dan beberapa platform lainnya. Sensitivitas dan efektivitas Vaksin Merah-Putih akan lebih tinggi karena menggunakan isolat virus COVID-19 yang bersirkulasi di Indonesia.
"Pada saat ini diseluruh dunia terdapat 7 pendekatan desain vaksin yang sedang dikembangkan, yaitu protein rekombinan, inactivated, adenovirus, peptida rekombinan, partikel seperti virus atau virus- like particle (VLP), vaksin berbasis asam nukleat (DNA dan RNA), dan teknologi inovasi berbasis kandidat vaksin," jelas Bambang dalam peringatan Hakteknas, Senin (10/8).
Saat ini, LBM Eijkman juga tengah mengembangkan vaksin menggunakan platform protein rekombinan yakni S dan N, dengan menggunakan sistem ekspresi sel mamalia dan yeast. Tahapan pembuatan vaksin diawali dengan menggabungkan materi genetik virus SARS-CoV-2 ke dalam vektor ekspresi protein, untuk kemudian diekspresikan di sel mamalia atau yeast tersebut.
"Setelah protein rekombinan didapatkan, akan digunakan sebagai kandidat vaksin dari antigen virus yang terbentuk. Tahapan berikutnya adalah uji imunogenisitas dan efikasi di hewan coba sebelum berlanjut ke tahap scale up seed vaccine, uji klinis pada manusia, dan produksi vaksin skala besar. Untuk produksi vaksin akan dilakukan oleh Bio Farma sebagai satu-satunya produsen vaksin di Asia Tenggara," terang Bambang.
Platform protein rekombinan yang digunakan pada Vaksin Merah-Putih dianggap lebih aman dibandingkan dengan vaksin DNA dan RNA dalam hal replikasi protein, serta lebih aman daripada keseluruhan virus yang dilemahkan atau dibunuh, karena tidak memerlukan pengembangbiakan virus dalam jumlah besar.
Selain itu, pengembangan Vaksin Merah-Putih oleh LBM Eijkman dan Bio Farma juga dipastikan melibatkan Majelis Ulama Indonesia dalam pengembangan vaksin guna memastikan kehalalan vaksin. Kata Bambang, Vaksin Merah-Putih bukan saja bermakna sebagai simbol kemajuan ilmu pengetahuan yang dimiliki peneliti dan ilmuwan kita, tapi juga simbol kemandirian bangsa dan sebagai upaya mendorong substitusi impor dalam bidang produk-produk kesehatan untuk percepatan penanganan COVID-19.
"Kedepannya, pemerintah dan masyarakat harus terus bersinergi mendukung pengembangan Vaksin Merah-Putih sebagai momen bersejarah bangsa," pungkas Bambang.