Home Internasional Di Tengah Ketegangan Digital AS-Cina

Di Tengah Ketegangan Digital AS-Cina

Executive order baru Presiden Donald Trump resmi melarang penggunaan TikTok dan WeChat di AS. Tujuannya, mencegah berbagai aplikasi dan perusahaan telekomunikasi Cina mengakses informasi perusahaan AS. Belakangan, Trump mengizinkan Microsoft mengakuisi TikTok dengan syarat imbalan.


Presiden Amerika Serikat, Donald J. Trump, telah menerbitkan larangan besar-besaran atas transaksi antara Amerika Serikat dan pemilik aplikasi pengirim pesan WeChat serta aplikasi berbagi video TikTok. Keduanya merupakan aplikasi buatan Cina yang telah mendunia.

Larangan itu dituangkan dalam keputusan presiden (executive order) yang diumumkan pada Kamis, 6 Agustus lalu, dan berlaku resmi dalam 45 hari mendatang. Keputusan itu mengacu pada Undang-Undang Kekuatan Ekonomi Darurat Internasional. Ini adalah UU yang memberikan kekuasaan besar kepada pemerintah untuk melarang perusahaan atau warga AS melakukan perdagangan ataupun transaksi keuangan dengan pihak yang terkena sanksi.

Menteri Perdagangan AS, Wilbur Ross, akan mengidentifikasi transaksi yang tercakup setelah perintah eksekutif itu berlaku pada pertengahan September. Akibat terbitnya aturan baru itu, pasar saham Asia sedikit merosot pada Jumat. Saham Tencent jatuh sejauh 10,1% sebelum memulihkan sebagian kerugiannya dalam perdagangan sore.

Sebelumnya, pada Senin, 3 Agustus, Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo mengatakan dalam wawancara dengan Fox News bahwa pemerintah akan meningkatkan upaya untuk membersihkan aplikasi asal Cina yang tidak tepercaya dari jaringan digital AS. Dia menyebut WeChat milik Tencent Holdings Ltd dan TikTok punya Bytedance sebagai ancaman signifikan. “Kami sangat serius soal ini,” sebut Pompeo. “Termasuk soal teknologi Huawei yang terpasang di infrastruktur. Kami telah pergi ke seluruh dunia dan kami membuat kemajuan untuk memastikan teknologi Huawei akan dikeluarkan. Kami menyatakan ZTE juga berbahaya bagi keamanan nasional Amerika,” dia membeberkan.

Reuters melaporkan, Cina dengan tegas menentang perintah eksekutif itu. Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Wang Wenbin pada konferensi pers di Jumat (7/8), menegaskan akan membela hak-hak dan kepentingan bisnis Cina yang sah. "Langkah AS itu berdampak merugikan pada para pengguna maupun perusahaan Amerika sendiri," ucap Wenbin.

TikTok selama ini mendapat kecaman dari anggota parlemen AS tentang isu keamanan nasional seputar masifnya pengumpulan data. “Perusahaan kami sepenuhnya menghargai keamanan data, netralitas platform, dan transparansi,” klaim CEO ByteDance, Zhang Yiming, seperti dilansir Time.

Larangan transaksi AS dengan Tencent, salah satu perusahaan internet terbesar di dunia, menandakan semakin terpecahnya jaringan internet global dan memutus hubungan lama antara industri teknologi di Amerika Serikat dan Cina. "Ini adalah perpecahan dalam dunia digital antara AS dan Cina. Tentu saja, Cina akan membalas," kata pakar teknologi di Pusat Studi Strategis dan Internasional yang berbasis di Washington, James Lewis.

Pada Rabu, 6 Agustus lalu, Menteri Pompeo memperluas program yang disebut "Jaringan Bersih" (clean network) untuk mencegah berbagai aplikasi dan perusahaan telekomunikasi Cina mengakses informasi sensitif tentang warga dan perusahaan di AS. Perintah eksekutif baru itu, Lewis menyebut, tampaknya terkoordinasi dengan langkah Pompeo. "Kami sedang meninjau perintah eksekutif ini untuk mendapatkan pemahaman penuh," kata juru bicara Tencent.

ByteDance menolak berkomentar ketika dikonfirmasi Reuters.

Berdasarkan data aplikasi marketing intelligence Sensor Tower, ditemukan bahwa WeChat telah diunduh relatif kecil di AS, yakni 19 juta kali. Sebaliknya di Cina, aplikasi ini ada di mana-mana. Digunakan pula sebagai media untuk berbagai layanan seperti gim dan pembayaran digital. Ini juga merupakan platform umum untuk berkomunikasi dengan individu dan bisnis di luar Cina.

Media sosial AS dan layanan pesan seperti WhatsApp dan Messenger milik Facebook Inc. diblokir di Cina. Disebut bahwa ada semacam firewall besar yang mencegah warga Cina mengakses web di seluruh dunia secara bebas. Sebab semua komunikasi online secara rutin dipantau dan disensor. Dengan demikian perusahaan teknologi dalam negeri lantas membuat aplikasi pengganti semacam WeChat.

Tencent adalah target terbesar AS sejauh ini. Sejak didirikan Ma Huateng bersama rekan pada 1998, Tencent kini menjadi perusahaan paling berharga kedua di Asia setelah Alibaba Group Holding Ltd. Tencent, yang merupakan salah satu perusahaan media sosial dan gim video terbesar di dunia, membukukan kapitalisasi pasar senilai US$686 miliar. Mereka membuka studio gim California awal musim panas ini. Mereka juga memiliki saham minoritas di banyak perusahaan gim dan internet di seluruh dunia, termasuk operator aplikasi pengirim pesan besar dari AS, Snap Inc.

Ketegangan telah memanas di antara kedua kekuatan selama berbulan-bulan. Gedung Putih mempermasalahkan penanganan Cina atas wabah virus corona. Mereka juga mengkritik langkah "Negeri Panda" itu, yang dianggap mengekang kebebasan di Hong Kong. Beijing sendiri mangkel, karena Trump mengajukan diri untuk dipilih kembali pada pemilu November lalu.

Trump mengatakan, pekan ini ia akan mendukung upaya Microsoft untuk membeli operasi TikTok di AS jika pemerintah mendapat "porsi substansial" dari hasil tersebut.

Seperti diketahui, Microsoft sedang diskusi dengan ByteDance dan direncanakan kesepakatan akan selesai pada 15 September. Microsoft bakal mengakuisisi TikTok di AS, seperti dilaporkan CNBC pada Senin, 3 Agustus lalu. Belum diketahui pasti berapa harga belinya. Namun ByteDance mematok tarif US$50 miliar atau setara dengan Rp725 triliun (kurs Rp14.500 per dolar AS). Presiden dikabarkan memberikan waktu 45 hari bagi Microsoft untuk mencapai kesepakatan membeli TikTok.

Meski demikian, Trump tetap mengatakan akan melarang aplikasi populer itu pada 15 September, meskipun beberapa politisi Partai Republik telah menyuarakan kekhawatiran tentang potensi dampak politik.

“Aplikasi tersebut dapat digunakan untuk kampanye disinformasi yang menguntungkan Partai Komunis Cina. Kita harus mengambil tindakan agresif terhadap pemilik TikTok untuk melindungi keamanan nasional," kata Trump dalam perintah lain.

Di sisi lain, Trump mengatakan WeChat secara otomatis menangkap banyak informasi dari penggunanya. "Pengumpulan data ini mengancam adanya izin bagi Partai Komunis Cina dalam mengakses informasi pribadi dan kepemilikan orang Amerika," ia menambahkan.

Tak hanya AS, India juga mengambil langkah yang sama. WeChat dan TikTok termasuk di antara 59 aplikasi yang sebagian besar buatan Cina yang telah dilarang digunakan di India sejak Juni lalu. Pemerintahan PM Narendra Modi mengkritik puluhan aplikasi itu sebagai ancaman terhadap "kedaulatan dan integritas" India.

Perintah eksekutif terkait WeChat secara efektif akan melarang penggunaan aplikasi itu di AS. "Sejauh diizinkan oleh hukum yang berlaku, setiap transaksi yang terkait dengan WeChat oleh siapa pun, atau sehubungan dengan properti apa pun, tunduk pada yurisdiksi Amerika Serikat, dengan Tencent Holdings Ltd.," demikian bunyi aturan tersebut.

Tidak jelas apakah sanksi tersebut akan mempengaruhi kepemilikan Tencent lainnya di AS.

Pertanyaannya sekarang bukanlah apakah pemisahan kedua kekuatan ekonomi itu akan terjadi, tetapi seberapa jauh akan berlangsung serta siapa atau perusahaan mana yang akan menjadi sasaran berikutnya. Raksasa teknologi Tencent adalah investor utama di Reddit. Wanda Group kini merupakan pemilik jaringan bioskop terbesar AS, AMC Cinemas, dan studio Legendary Entertainment di Hollywood.

Dalam beberapa tahun terakhir, Komite Investasi Asing di Amerika Serikat telah meningkatkan pemblokiran akuisisi Cina atas aset strategis AS. Administrasi Trump juga mengancam untuk menghapus perusahaan Cina yang diperdagangkan di bursa AS yang gagal mengungkapkan informasi keuangan dengan benar.

Bagi Orit Frenkel, mantan pejabat di Kantor Perwakilan Dagang AS yang telah menangani kebijakan perdagangan Asia selama lebih dari tiga dekade, ini adalah perubahan sikap yang nyata. "Dua puluh tahun lalu, tidak ada yang meramalkan hal-hal bergerak ke arah ini. Jika kedua negara terjun ke dalam Perang Dingin yang parah akan sangat disayangkan,” sebut dia.

Flora Libra Yanti