Sukoharjo, Gatra.com - Kasus stunting pada anak patut diwaspadai, terlebih selama Pandemi Covid-19 seperti saat ini. Apalagi dengan ditutupnya beberapa puskesmas dan posyandu, baik orang tua dan tenaga kesehatan perlu menjalin kerja sama yang erat agar gizi bayi di bawah lima tahun (balita) tetap terpenuhi.
Dari informasi yang dihimpun, rentang usia stunting di Kabupaten Sukoharjo pada balita di tahun 2018 pada presentase 4,27 persen atau mencapai angka 51.817 balita. Sementara di tahun 2019 Kabupaten Sukoharjo mampu menekan angka stunting hingga di presentase 2,58 persen atau berjumlah 50.271 balita.
Namun, di tahun 2020 ini, presentase tersebut rupanya kembali naik. Menurut Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo, Tri Tuti Rahayu, belum ada setengah tahun ini, tepatnya baru memasuki dua bulan dari awal tahun, presentasi stunting mencapai 2,69 persen.
"Data stunting 2020 hanya sampai Februari sebelum pandemi, presentase 2,69 persen atau 52.250 jumlah balita," ucapnya Jum'at (7/8).
Perlu diketahui, angka stunting nasional yakni 24,1 persen. Meski Kabupaten Sukoharjo masih jauh dibawah angka stunting nasional dan provinsi, namun Pemerintah Kabupaten Sukoharjo melalui Dinas Kesehatan tetap menjadikan hal ini sebagai prioritas.
"Di Sukoharjo untuk pemantauan status gizi anak melalui posyandu tidak jalan dulu karena Covid-19, tetapi setiap bulan didistribusikan PMT (Pemberian Makanan Tambahan)," terangnya.
Tuti mengatakan, upaya tersebut dilakukan lantaran pemerintah tidak ingin angka stunting atau gizi buruk di Kabupaten Sukoharjo bertambah. Terlebih ia menganggap sasaran balita adalah kelompok rentan, sehingga menjadi sasaran khusus untuk dilakukan pemantauan.
"Kalau balita kita hadirkan ke posyandu kita takut efek penyebaran (Covid-19), sehingga kami justru jemput bola, mendistribusikan sekaligus memantau dari rumah ke rumah," jelasnya.
Selain memberikan makanan tambahan dan vitamin ke balita, Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo juga memberikan gizi tambahan ke ibu hamil yang kekurangan energi kronik.
Diketahui stunting ini merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis sehingga tinggi anak lebih pendek dari usianya. Kondisi ini akan tampak terlihat saat anak sudah berusia dua tahun. Sehingga hal ini menjadi ancaman serius, terlebih saat pandemi Covid-19.
Efek jangka pendek kekurangan gizi ini sendiri yakni anak terkena infeksi, diare, asma, bahkan TBC. Karena makanannya tidak lengkap, kurang protein di umur pertumbuhan otak. Sementara dampak jangka panjang dari stunting akan berpengaruh pada tingkat kecerdasan anak.