Beirut, Gatra.com – Salah satu Kelompok Riset Teknik Ledakan dan Dampak dari Universitas Sheffield di Inggris, menyebut kekuatan ledakan mematikan yang terjadi di Pelabuhan Beirut memiliki atau setara sekitar 10 persen dari daya ledak bom atom yang dijatuhkan di kota Hiroshima di Jepang pada Perang Dunia II.
"Ini tidak diragukan lagi adalah salah satu ledakan non-nuklir terbesar dalam sejarah, jauh lebih besar daripada senjata konvensional mana pun," kata profesor Sheffield Andrew Tyas, seorang ahli teknik perlindungan ledakan, kepada Evening Standard, dikutip BBC, Jumat (7/8).
Gelombang kejut Beirut menghancurkan, merusak jendela dan perabot dari apartemen yang ada disekitar lokasi ledakan. Seperempat juta orang di Beirut tidak memiliki rumah akibat rusak.
“Intensitas gelombang kejut setara dengan 20 hingga 30 persen gelombang kejut yang disebabkan oleh Hiroshima. Ini mengherankan,” kata Tyas kepada surat kabar Lebanon, The Daily Star.
Ledakan Beirut dirasakan di Siprus, sebuah pulau Mediterania lebih dari 160 kilometer di seberang laut dari ibu kota Lebanon.
Bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima pada tahun 1964 adalah bom uranium 235 seberat 4.536 kilogram. Meledak sekitar 600 meter di atas pusat kota dan langsung menewaskan 78.000 orang.
Ledakan Selasa lalu di Lebanon yang telah menewaskan sedikitnya 137 orang dan melukai lebih dari 5.000 orang.
Presiden Lebanon Michel Aoun mengatakan ledakan itu disebabkan oleh timbunan 2.750 ton bahan kimia industri amonium nitrat, yang digunakan sebagai pupuk dan bahan peledak. Terbakar setelah disimpan selama enam tahun di pelabuhan tanpa tindakan pengamanan.