Beirut, Gatra.com - Bahan kimia yang terbakar dalam ledakan yang mematikan di Beirut itu tiba di ibu kota Lebanon tujuh tahun lalu, dengan kapal kargo sewaan Rusia yang bocor.
Cerita itu diungkapkan kaptennya, berkebangsaan Rusia, Boris Prokoshev, yang mengungkap bahwa tidak seharusnya kapalnya itu berhenti di pelabuhan Beirut.
“Seharusnya tidak pernah berhenti di sana (Beirut),” kata Prokoshev, yang menjadi kapten kapal Tanker Rhosus tahun 2013.
Dia menyebut bahwa pemilik kapal menyuruhnya untuk berhenti meski tidak terjadwal di Lebanon untuk mengambil kargo ekstra.
"Mereka serakah," kata Boris Prokoshev, dikutip Reuters, Kamis (6/8).
Prokoshev mengatakan kapal itu memang membawa 2.750 ton bahan kimia yang sangat mudah terbakar dari Georgia ke Mozambik, ketika ada perintah untuk mengalihkan ke Beirut dalam perjalanan melalui Mediterania.
Awak kapal menyebut mereka diminta untuk memuat beberapa peralatan angkutan alat berat dan membawanya ke Pelabuhan Aqaba, di Yordania sebelum melanjutkan perjalanan mereka ke Afrika, di mana amonium nitrat itu akan dikirim ke pabrik bahan peledak.
Namun kapal itu tidak pernah meninggalkan Beirut, karena telah mencoba merapat ke pelabuhan dan gagal memuat kargo tambahan dengan aman sebelum terlibat dalam sengketa hukum yang berkepanjangan menyangkut biaya pelabuhan.
"Itu tidak mungkin," Prokoshev, 70 tahun, mengatakan kepada Reuters tentang tambahan muatan untuk diambil di Beirut.
"Itu bisa menghancurkan seluruh kapal dan saya berkata tidak (mau ambil)," katanya melalui 'telepon dari rumahnya di kota resor Rusia Sochi di pantai Laut Hitam.
Kapten dan pengacara yang bertindak untuk beberapa kreditor pun menuduh pemilik kapal meninggalkan kapal dan berhasil menahannya. Beberapa bulan kemudian, demi alasan keamanan, amonium nitrat akhirnya diturunkan dan disimpan di gudang dermaga.
Pada hari Selasa, timbunan itu terbakar dan meledak tidak jauh dari daerah pemukiman kota yang dibangun. Ledakan dahsyat itu menewaskan 145 orang, melukai 5.000 orang, meratakan bangunan dan membuat lebih dari seperempat juta orang kehilangan tempat tinggal.
Kapal itu mungkin meninggalkan Beirut, seandainya berhasil mengambil muatan kargo tambahan.
Menurut ketua kapal Ukraina, Boris Musinchak, para kru telah menumpuk peralatan, termasuk ekskavator dan alat berat lainnya, di atas pintu ke palka kargo untuk menahan amonium nitrat di bawah. Namun, pintu penahannya tertekuk.
"Kapal itu sudah tua dan penutup pegangannya juga bengkok," kata Musinchak melalui telepon. "Kami memutuskan untuk tidak mengambil risiko."
Kapten dan tiga awak kapal pun hanya menghabiskan 11 bulan di atas kapal sementara sengketa hukum tidak jelas dan berlarut-larut, tanpa upah dan dengan persediaan makanan yang terbatas.
Begitu mereka meninggalkan Beirut, amonium nitrat diturunkan.
"Kargo itu sangat eksplosif. Itulah mengapa ia disimpan di dalam kapal ketika kami berada di sana ... Amonium nitrat itu memiliki konsentrasi yang sangat tinggi," kata Prokoshev.