Semarang, Gatra.com - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui Dinas Kesehatan Jawa Tengah meminta optimalisasi program Jogo Tonggo untuk menekan angka stunting atau gagalnya tumbuh kembang anak pada balita.
"Program Jogo Tonggo yang diinisiasi Pak Gubernur Ganjar Pranowo harus dimanfaatkan dengan baik, termasuk dalam pencegahan dan penangangan kasus stunting," ujar Yulianto di Semarang, Jumat (7/8).
Selain itu, penanganan stunting juga dapat dilakukan dengan cara mengisi survey gizi dengan menggunakan aplikasi elektrik laporan gizi berbasis masyarakat.
"Kemudian pemantauan dari petugas kesehatan atau bidan desa kepasa pada ibu hamil, anak kurang gini, atau yang terancam stunting, sangat diperlukan," jelasnya.
Menurutnya, salah satu penentu dalam keberhasilan program pencegahan dna penanganan stunting ini adalah peran aktif dari Pos Pelayanan Terpadu (Posyando) yang ada di setiap desa
"Pemantauan status gizi bagi balita dapat juga dilakukan di Posyandu. Namun, protokol kesehatan dan protokol Posnyandu mutlak diterapkan di era pandemi covid-19 ini," ucapnya.
Tak cukup hanya dengan melakukan pemantauan, pemberian gizi atau makanan tambahan juga teramat di perlukan demi menghindari kemungkinan balita kerdil di masa depan.
"Harus ada makanan tambahan bagi ibu hamil, dan balita dengan gizi buruk dengan formula tertentu, dengan pengawasan bidan desa dan ahli gizi," ujarnya.
Adapun, kabupaten dengan jumlah balita stunting terbanyak di Jawa Tengah, ialah Kabupaten Wonosobo dengan 27,17 persen, disusul Banjarnegara dengan 24,31 persen, dan Kabupaten Rembang dengan 24,15 persen.
"Tiga kasus stunting di Jawa Tengah, memang terbanyak ada di 3 kabupaten tersebut," ucapnya.