Tanah Laut, Gatra.com - Mata lelaki 47 tahun itu nampak berkaca-kaca saat menengok apa yang terhampar di hadapannya, di kawasan Desa Tanjau Mulya Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Tanah Laut Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) Kamis (6/8) pagi.
Di lahan seluas 38 hektar itu, sejumlah tangki raksasa menjulang di antara bangunan utama berisi mesin-mesin yang kelak menghasilkan Crude Palm Oil (CPO).
"Inilah pabrik itu, Pak. Setelah Bapak, Pak Bayu Krisnamurthi (bekas Wakil Menteri Perdagangan era SBY) dan Pak Dedi Junaedi (Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan) meletakkan batu pertama-nya 5 Agustus tahun lalu," kata Samsul Bahri, kepada lelaki di sampingnya itu. Mata Ketua DPW Apkasindo Kalsel ini juga ikut berkaca-kaca.
"Luar biasa Pak Sam. Inilah satu-satunya Pabrik Kelapa Sawit (PKS) petani di Indonesia," Ketua Umum DPP Apkasindo, Gulat Medali Emas Manurung, memandangi lelaki 61 tahun itu. Gulat yang ditemani Sekjen DPP Apkasindo, Rino Afrino itu kemudian mengitari pabrik yang sudah rampung sekitar 67 persen itu. Samsul dan kawan-kawan yang menemani keduanya.
Pabrik berkapasitas 45 ton yang bakal mulai beroperasi awal November mendatang itu adalah hasil kerjasama Koperasi Sawit Makmur Mitra Binaan Apkasindo dan PT Batu Gunung Mulia Putra Agro (BGMPA). Di koperasi tadi, Samsul menjadi orang nomor satu pula.
Tak mudah bagi Koperasi Sawit Makmur untuk bisa sampai punya PKS seperti sekarang. Bermula pada 19 tahun silam, saat Pabrik Gula PTPN 24 dan PTPN 25 diliquidasi oleh pemerintah, otomatis 5.000 hektar lahan inti perusahaan menjadi terpisah dari 7.000 hektar lahan plasma petani tebu.
Kebun Tebu tak jadi, lahan 7.000 hektar tadi sempat menjadi lahan tidur. Untunglah kemudian Samsul Bahri dan kawan-kawan, segera menyodorkan lahan tadi kepada pemerintah untuk dijadikan kebun kelapa sawit. Dan pemerintah setuju.
Lewat Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), petani kemudian mendapat gelontoran duit Rp6 miliar pertahun untuk membangun kebun kelapa sawit itu.
"Saban tahun ada 1.500 hektar kebun yang dibangun. Kami bekerjasama dengan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS). Singkat cerita, terbangunlah kebun seluas 4.700 hektar," cerita Samsul.
Kebun sawit yang sudah ada itu kata Samsul kemudian menyatu dalam Koperasi Sawit Makmur. Sekitar 12 ribu hektar kebun swadaya yang sudah ada, juga ikut bergabung.
Nah, saat ini, ada 3200 kepala keluarga yang akan menggantungkan hidup kepada PKS itu. Mereka berasal dari 22 desa yang tersebar di 8 kecamatan. "Saban hari bakal ada sekitar 900-1.000 ton sawit milik anggota di antar ke pabrik ini," rinci Samsul.
Petani bakal dapat harga yang lebih moncer lantaran tak lagi berurusan dengan tengkulak, tapi sudah langsung menjual ke pabrik.
Setiap petani yang antar TBS, langsung dibayar kontan pula. "Harga TBS petani akan lebih moncer lagi apabila lahan petani sudah punya Surat Tanda Daftar Budidaya (STDB). Kami akan membantu menguruskan STDB setiap kebun petani,” kata Samsul.
Sudahlah dapat harga moncer dan kontan pula, saban akhir tahun petani juga akan kebagian keuntungan dari aktivitas PKS tadi.
Maklum, PKS yang dimodali oleh PT. BGMPA senilai Rp230 miliar itu, 30 persennya adalah milik petani. Kalau modal BGMPA sudah balik, saham petani bakal jadi 40 persen pula.
"Kami ingin membuktikan kalau kami bukan lagi petani biasa, tapi petani naik kelas, yang punya masa depan yang lebih cerah, petani cerdas yang bisa mewujudkan apa yang menurut orang tak mungkin,” ujar Samsul.
Dr. Bayu Krisnamurthi sendiri sangat senang mendengar perkembangan PKS yang ditengok Gulat tadi. "Apa yang dilakukan oleh Samsul dan kawan-kawan adalah sejarah baru dalam industri kelapa sawit di Indonesia. Ini akan menjadi contoh bagi 21 DPW Apkasindo di seluruh Indonesia," katanya.
Bayu menyebut, lima tahun lagi, Kalimantan akan menjadi penghasil Tandan Buah Segar (TBS) terbesar di Indonesia dan Kalimantan Selatan akan menjadi provinsi paling strategis dalam industri kelapa sawit lantaran pelabuhan di sana cuma sekitar 20 kilometer dari PKS tadi.
"Saya berharap ke depan, PKS swadaya itu bakal mengolah CPO menjadi produk hilir, supaya pendapatan Koperasi Sawit Makmur semakin meningkat dan tidak tergantung ke pasar CPO," pinta Bayu.
Gulat dan Rino datang tidak hanya sekadar menengok perkembangan PKS tadi. Tapi juga akan menggelar rapat maraton untuk menuntaskan urusan rencana Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) di Kalsel yang mencapai lebih dari 10 ribu hektar. “Banyak kendala yang terjadi di PSR, tapi alhamdulilah semua bisa clear atas kerjasama semua pihak,” ujar Gulat.
"Pandemi enggak menjadi alasan buat kami untuk tidak datang ke sini. Dengan patuh pada protokol kesehatan, kami harus terus menggenjot semangat para petani sawit di seluruh Indonesia untuk ikut PSR. PSR ini program Pak Jokowi. Itulah makanya kami ingin, petani sawit segera naik kelas, harus setara dan kebagian manfaat lebih dari perkebunan sawit rakyat ini, khususnya setelah menggeliatnya biodisel dan D100" kata Gulat.
“Alhamdulillah, selama kami di Kalsel, semua berjalan sesuai rencana, tidak ada kendala yang berarti, mudah-mudahan PKS tadi bisa launching di awal Nopember dan kami sangat berharap Presiden Jokowi berkenan meresmikannya,” Rino berharap pula.
Abdul Aziz