Labuhanbatu, Gatra.com - Sejumlah orang tua di Kabupaten Labuhanbatu, Sumatra Utara, meminta kepada pemerintah pusat khususnya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menghentikan metoda proses belajar dalam jaringan (daring).
Mereka mengklaim bahwa proses belajar daring menimbulkan berbagai dampak buruk, baik terhadap anak pelajar maupun orang tua, juga berkaitan dengan perkembangan anak dimasa depannya.
Seperti yang diungkapkan Rovi Suhendro warga Rantauprapat, Rabu (5/8), dia berharap Presiden RI, Jokowi dapat melihat perkembangan di daerah yang terkena belajar Daring, terlebih wilayah yang sudah dikategorikan zona hijau, misalnya Kabupaten Labuhanbatu.
"Kalau ini terus berlanjut, bagaimana nanti nasib pendidikan kita, bagaimana dengan pembangunan karakter generasi. Justru dengan belajar dari rumah menjadi tidak efektif dalam membangun generasi yang baik dan banyak hal yang membuat itu menjadi tidak baik," terang Rovi.
Terkhusus untuk anak - anak sekolah dasar yang terus dicekoki dengan tugas yang mereka tidak mengerti, sambung pengurus Nahdlarul Ulama itu, karena kurangnya penjelasan dari gurunya, bahkan bisa membuat mereka menjadi stress, bahkan orang tuanya pun ikut mengalami kegundahan.
"Jadi kepada Mendikbud, mohon agar proses belajar dari rumah dengan sistem daring agar tidak dipermanenkan," kata Rovi.
Menurutnya, generasi baik itu bukan hanya berilmu, namun juga harus beradab. Setidaknya, untuk daerah zona hijau Covid-19, harusnya belajar sudah dapat dilakukan di sekolah masing - masing dengan sistem tatap muka dan memperhatikan prorokol kesehatan.
Keresahan sama juga dialami Dewi (43) warga yang sama. Kemampuan ilmu para orang tua sangat tidak mumpuni untuk membimbing anak dalam belajar, apalagi masih setingkat sekolah dasar. Banyak hal yang harus dipahami guna memberikan keilmuan sesuai dengan mata pelajaran.
"Bukan kita tidak mau, tetapi kan beda latarbelakang keilmuannya. Lagi pula, belum lagi kita dihadapkan dengan pekerjaan di rumah. Sosok guru di sekolah akan lebih memudahkan anak dalam belajar, kalau di rumah bisa saja anak kita malas-malasan. Sebaiknya segera dihentikan," harap Dewi.
Jika pola belajar jarak jauh diperpanjang, akan semakin sulit orang tua melaksanakan pembelajaran itu. Ada beberapa kendala yang dihadapi, seperti kepemilikan handphone, kemampuan mengoperasionalkannya, biaya paket data hingga panduan buku mata pelajaran yang terkesan masih kurang mendukung.