Palembang, Gatra.com - Pandemi virus Corona mengakibatkan ekonomi Sumsel mengalami kontraksi (minus) yang cukup dalam dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu. Pada triwulan II saat pandemi ini, ekonomi Sumsel terrkontraksi mencapai 1,37%.
Pandemi virus saat ini mengakibatkan kontraksi pada seluruh sektor pendorong ekonomi Sumsel.
Hanya saja, kata Kepala BPS Sumsel, Endang Triwahyu Ningsih jika ekonomi Sumsel terkontraksi lebih rendah dibandingkan ekonomi nasional. Pada triwulan II ini, ekonomi Sumsel mengalami kontraksi dibandingkan triwulan I sebesar 2,3%. "Karena memang kondisi pandemi ini, tidak diinginkan oleh kita, tapi kita ada nafas untuk kondisi ekonomi ke depannya. Kontraksi Sumsel, tidak seperti nasional sebesar 5,81%," ujarnya.
Pada triwulan I, ekonomi Sumsel masih mencapai 4,9%. Sedangkan pada tahun 2019, ekonomi Sumsel pada triwulan IV mencapai 5,69%, lalu pada triwulan III 5,56%, dan triwulan II sebesar 5,81%
baca juga :https://www.gatra.com/detail/news/477932/ekonomi/ekonomi-sumsel-tumbuh-498-di-awal--wabah-covid-19
Saat pandemi, masih terdapat lapangan usaha yang tumbuh di Sumsel. BPS mendata, lapangan usaha yang masih tumbuh di antaranya jasa kesehatan dan kegiatan sosial yang tumbuh 6,31%, informasi dan komunikasi tumbuh 4,68% sedangkan adminitrasi pemerintah naik 3,89%. "Di Sumsel ini, pandemi memang paling terasa di triwulan II, karena awalnya pandemi diumumkan pada akhir Maret lalu. Karena itu, ada yang masih tumbuh sebagai kebutuhan saat pandemi dan yang sangat terpengaruh akibat pandemi," terang dia.
Lapangan usaha yang terkontraksi seperti halnya perdagangan besar dan eceran sebesar 12,52%, transportasi dan perdagangan sebesar 14,43%, dan penyediaan jasa akomodasi, makanan dan minuman sebesar 22,19%.
Adapun sektor yang terkontraksi di antaranya pertanian, kehutanan dan perikanan di mana gabah kering giling turun 4,69%, di mana luasan panen beberapa komoditas mengalami penurunan 15%, produksi kayu bulat menurun 34,43%, dan penerimaan pajak sarang burung walet turun 51%.
Untuk sektor pertambangan dan penggalian, realisasi lifting minyak bumi dan gas terkontraksi 6,13% dari 14,05%, pemintaan hasil pengolahan migas untuk pangsa ekspor juga mengalami penurnanan.
"Saat pandemi, harga komoditas minyak bumi, gas alam, batu bara dan penggalian mengalami penurunan. Sektor petanian dan sejenisnya, termasuk pertambangan menjadi dua sektor yang berperan penting," ujarnya.
Untuk sektor pengolahan, kata Endang, juga mengalami kontraksi namun tidak besar. Sektor ini berpotensi menguat karena dengan kontraksi sedang memiliki kontribusi yang cukup besar pada ekonomi daerah.
Kepala Bank Indonesia Hari Widodo menambahkan pada triwulan II, pertumbuhan ekonomi Sumsel tidak seperti prediksi sebelumnya. Prediksi awalnya, ekonomi Sumsel masih tumbuh positif dengan catatan jika konsumsi pemerintah masih tumbuh akibat stimulus kebijakan fiskal yang menopang konsumsi rumah tangga.
"Secara tone, prediksinya mengalami penurunan dan menjadi kontraksi yang terdalam. Triwulan III, prediksi BI akan mengalami peningkatan sejalan dengan kehidupan normal baru, new normal dengan pentingnya menjaga konsumsi rumah tangga," ucapnya.