Yogyakarta, Gatra.com - Rektorat Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta menyatakan pencatutan nama UNU oleh Bambang Arianto (BA) berdampak besar. Di media sosial, Bambang mengakui pelecehan seksual dengan dalih riset soal swinger.
"Kami dicitrakan seperti membiarkan bahkan memfasilitasi orang-orang seperti BA menjalankan aksinya," kata Rektor UNU Purwo Santoso di kampus UNU, Selasa (4/8).
Bambang disebut sering mengatasnamakan diri sebagai dosen UNU sehingga mencoreng citra kampus dan nilai-nilai NU. Padahal, menurut Purwo, UNU selalu mengedepankan ajaran Islam ahlussunah wal jamaah dan menjunjung tinggi akhlaqul karimah.
"Jenis penyimpangan ini bertentangan dengan hukum maupun syariat serta merugikan banyak orang. Ini tidak dapat ditolerir sedikit pun," ujarnya.
Menurut Purwo, Bambang sempat membantu kegiatan akademik di UNU sebagai dosen tamu pada 2017 -2018. Purwo mengatakan UNU menerima Bambang karena ia memiliki kualifikasi di bidang penulisan dan literasi.
"Sebelum dan selama di sini, kami tidak pernah mendapatkan informasi bahwa dia bermasalah. Hingga muncul di media sosial," ucap Purwo.
UNU menyatakan sedang mengumpulkan data untuk menempuh jalur hukum atas kasus ini. UNU juga membuka pusat pengaduan dan bekerjasama dengan lembaga perempuan Fatayat NU DIY. "Kami mendorong penuh proses hukum demi kebenaran serta untuk mewujudkan kampus anti-kekerasan," katanya.
Ketua Fatayat DIY Khotimatul Khusna menyatakan Fatayat telah menerima laporan dari beberapa perempuan korban pelecehan seksual Bambang. "Sudah ada tiga yang melapor. Mereka mengaku di-chat oleh Bambang yang mengaku sebagai istrinya dan mengajak swinger," ucapnya.
Menurut Khotimatul, Fatayat langsung membentuk tim verifikasi dan advokasi untuk menemukan rekaman ajakan Bambang tersebut. "Namun itu belum cukup untuk diajukan ke hukum, tapi menjadi rekomendasi ke UNU yang berujung ke pemberhentian," ujarnya.