Home Internasional Pasukan Digital K-pop Serbu Panggung Politik Dunia

Pasukan Digital K-pop Serbu Panggung Politik Dunia

Sejumlah K-popers tak segan menyuarakan isu politik, mulai dari demonstrasi menentang RUU KUHP hingga kampanye Presiden Donald Trump. Mengusung prinsip solidaritas, mereka dinilai kompak bergerak atas isu-isu universal.


Lewat internet, kecakapan mengorganisasi K-popers atau penggemar K-pop, telah lama menjadi legenda. Para penggemar K-pop ini biasanya masih muda dan berasal dari seluruh dunia, serta saling berinteraksi dengan intens di media sosial. Sejumlah fandom memastikan idola mereka, semisal BTS, EXO, juga Blackpink, bisa masuk trending topic, merajai tangga musik, menang penghargaan, hingga sukses konser ke Rose Bowl di Los Angeles dan Citi Field di New York.

Belakangan, aksi para penggemar musik pop Korea Selatan itu, makin melebar. Mereka juga masuk ke ranah politik. Ketika demonstrasi Black Lives Matter berlangsung di seluruh dunia, para penggemar K-pop membuat diri mereka dikenal di luar lingkaran musik. George Floyd (46 tahun) terbunuh oleh sekelompok polisi kulit putih di aspal Kota Minneapolis pada 25 Mei silam. Kematiannya membakar api demonstrasi di sejumlah kota di AS dan merambat ke negara-negara lain.

Hasil social network analysis (SNA) Drone Emprit pada periode 27 Mei-3 Juni menunjukkan, perbincangan di Twitter dengan tagar #BlackLivesMatter berlangsung di seluruh dunia. Tiga negara yang paling aktif berkicau soal ini adalah Amerika Serikat, Inggris, dan Indonesia.

Influencer atau pemengaruh teratas pada 4 Juni adalah para ARMY (sebutan untuk fans BTS), lewat akun @BTS_twt. Akun yang memiliki jumlah pengikut 26,2 juta ini (naik menjadi 27,6 juta per 3 Agustus) mencatatkan jumlah retweet (RT) sebanyak 861.000 dan likes mencapai 1,5 juta. Bahkan akun @btschartdata mendorong para pengikutnya untuk stream video tertentu di YouTube, sebab hasil monetisasi iklan yang didapat akan didonasikan untuk gerakan tersebut.

Sekali waktu, grup BTS (akronim dari Bangtan Sonyeondan yang berarti bulletproof boy scouts) menyumbang US$1 juta atau sekitar Rp14 miliar untuk gerakan Black Lives Matter. Tak mau kalah, ARMY dari seluruh dunia beramai-ramai ikut berdonasi. Dalam satu hari saja, sebanyak 35.609 penyumbang berhasil mengumpulkan jumlah tak jauh beda, yakni US$1.026.531.

Saat banjir besar melanda Jakarta dan sekitarnya pada awal tahun ini, mereka aktif membicarakan isu tersebut. Hasil pengamatan Drone Emprit, lima pemengaruh teratas yang mengkritisi banjir Januari 2020 adalah penggemar K-pop. Tak sekadar koar-koar, sejumlah fan base turut melakukan aksi membantu korban banjir. ELF (sebutan bagi penggemar Super Junior) Indonesia dan Inner Circle (nama fandom Winner) sukses mengumpulkan donasi jutaan rupiah.

 

***

 

Analis media sosial yang juga pendiri Drone Emprit, Ismail Fahmi, mulai mengamati aksi penggemar K-popers Indonesia ketika marak aksi demonstrasi di banyak daerah di Indonesia pada September 2019 silam. Kala itu, ribuan mahasiswa turun ke jalan memprotes beberapa isi Rancangan Undang-Undang (RUU) yang dibahas oleh pemerintah dan DPR. Demo bertajuk "Reformasi Dikorupsi" ini terutama menyorot revisi UU KPK yang diyakini bisa menjegal upaya penanganan korupsi. Selain itu, Rancangan KUHP dikhawatirkan mengancam demokrasi dan kebebasan sipil. Mahasiswa juga mengungkapkan kekecewaan terhadap kinerja buruk DPR dalam memperjuangkan kebijakan-kebijakan terkait lahan, kesejahteraan buruh, dan penghapusan kekerasan seksual.

Amatan pada 23-24 September menunjukkan, volume percakapan tagar yang mengkritik pemerintah dan DPR jauh lebih besar dari tagar dukungan. Paling tinggi, #TurunkanJokowi dan #DiperkosaNegara. Tagar dukungan yang paling ramai adalah #SayaBersamaJokowi. Tiga tagar lain yang diamati, yakni #PercayaLangkahJokowi, #JokowiMendengarRakyat, dan #KitaDukungJokowi, volumenya sangat kecil.

Peta SNA dari semua tagar memperlihatkan bagaimana pengguna Twitter berkelompok berdasarkan isu yang diangkat. Ada empat klaster, yakni pro rezim dan giveaway; Gen Z/K-popers; aktivis; serta oposisi. Tagar #DiperkosaNegara membentuk klaster dengan lead @awkarin dan @beautifulyoongo. Jaringan mereka adalah Gen Z dan penggemar K-pop.

Satu hal yang menarik, pengikut @beautifulyoongo tidak banyak, hanya 133, jika dibandingkan dengan @awkarin yang punya 372K (data 24 September).  Namun, @beautifulyoongo mendapat respons paling besar. Kicauannya diisi cuplikan video demonstrasi mahasiswa yang menyemut. "Ini bukan konser K-pop. Ini adalah mahasiswa Indonesia sedang protes terhadap pemerintah yang telah membuat undang-undang buruk dan membuat seluruh negara ini jadi sebuah sirkus," tulisnya dalam bahasa Inggris. Jika menilik lini masa, pemilik akun yang menulis namanya Ana tersebut adalah seorang ARMY.

"Jangan menyepelekan Gen Z dan K-popers," tulis Ismail merujuk pada kelompok usia belasan hingga akhir 20-an itu.

"Mereka juga sangat concern dengan masalah bangsa. Dengan cara mereka sendiri. Dengan balutan kreativitas dan minat mereka akan K-pop," Ismail menambahkan. Dukungan ini akan makin meningkat jika idolanya juga menyuarakan isu yang sama. 

 

***

 

Amerika Serikat tak kalah terkejut dengan polah K-popers. Bersama pengguna aplikasi TikTok, mereka mendadak diperbincangkan di jagat politik Negeri Paman Sam. CNN menulis, kelompok itu dilaporkan melakukan penjegalan terhadap kampanye calon presiden petahana AS dari Partai Republik, Donald Trump, di Tulsa, Oklahoma, pada akhir Juni lalu.

Menurut tim sukses Trump, jumlah tiket yang dipesan dalam kampanye tersebut mencapai lebih dari satu juta. Namun, kenyataannya yang hadir hanya sekitar 6.200 orang. Padahal ini termasuk kampanye awal Trump dari rangkaian panjang meriah yang ditargetkan sebelum pemilu November 2020. 

New York Times melaporkan, diketahui sejak 11 Juni telah muncul kicauan di Twitter mengajak K-popers untuk melakukan prank terhadap Trump. Ajakan itu merembet ke TikTok. Tak lama, beredar video yang meminta para penggemar BTS terlibat dalam rencana itu. Alhasil, dukungan itu membuat Gedung Pertemuan BOK Centre kosong melompong. Tim kampanye Trump menuding penyebab kosongnya gedung karena demonstran Black Lives Matter masih melakukan aksi di Tulsa.

Mereka juga sempat melakukan sabotase atas Watch Dallas. Ini adalah aplikasi buatan Kepolisian Dallas yang dibuat untuk menampung laporan aktivitas ilegal di tengah demonstrasi #BlackLivesMatter. Bukannya mendapat laporan, aplikasi tersebut malah dibanjiri dengan video banyak idol dan komentar-komentar yang sama sekali tak berhubungan dengan aksi.

Tak cukup sampai di situ, K-popers juga masuk ke Google Play Store dan App Store untuk memberikan komentar tentang idol mereka serta memberikan rate bintang satu terhadap aplikasi tersebut. Akibatnya, kurang dari 24 jam, Kepolisian Dallas mengumumkan terjadi permasalahan teknis terhadap aplikasi tersebut sehingga tak lagi bisa diakses.

"Mereka adalah anak muda yang benar-benar mau belajar tentang budaya baru untuk mengikuti minat mereka pada beberapa produk budaya pop. Mereka adalah orang-orang yang bertolak belakang dengan penonton Trump yang bertepuk tangan ketika ia membenci "Parasite" dan mengatakan bahwa "Gone With the Wind" adalah film nyata," sebut Asisten Profesor Budaya Asia Timur di Indiana University Bloomington, CedarBough T. Saeji.

"Ada beberapa kata kunci menarik di komunitas mereka, salah satunya solidaritas," kata Ismail. "Bukan mereka sengaja tertarik pada isu politik, melainkan lebih ke yang sifatnya isu universal. Apalagi kalau isunya kena ke mereka."

Seorang juru bicara Twitter mengatakan, K-pop adalah kicauan tentang genre musik terbanyak di seluruh dunia. Ada lebih dari 6,1 miliar kicauan pada 2019, meningkat 15% dari tahun sebelumnya. BTS adalah idol yang paling banyak disebut selama tiga tahun terakhir. Adapun TikTok dan Facebook menolak memberikan data.

Berdasarkan data yang dikumpulkan Reuters, salah satu kekuatan BTS sehingga kerap menjadi aktivis di media sosial, yaitu karena demografi penggemar yang beragam. Kelompok usia ARMY bahkan menjangkau mereka yang berumur 40-an. Dengan kata lain, mereka yang sudah cukup mapan secara finansial, sehingga tidak segan berdonasi untuk mendukung aksi tertentu. 

"Hal yang sangat penting tentang semua ini, yaitu orang-orang muda itu melihat kekuatan politik mereka, mereka menggunakannya secara fleksibel," kata Saeji. "Berikutnya, mereka akan memilih di pemilu. Penggemar K-pop ini tidak merasa sinis sekarang. Mereka merasa diberdayakan."

 

Flora Libra Yanti

 

- - - - - -

 

POINTERS & KUTIPAN

 

"Ada beberapa kata kunci menarik di K-popers, salah satunya solidaritas."

- Ismail Fahmi

 

Klaster K-popers menjadi salah satu pemengaruh utama dengan tagar #ReformasiDikorupsi di demonstrasi menentang RUU KUHP dan revisi UU KPK pada September 2019 lalu.

 

K-Popers melakukan sabotase atas Watch Dallas, aplikasi buatan Kepolisian Dallas yang dibuat untuk menampung laporan aktivitas ilegal aksi #BlackLivesMatter.