Tegal, Gatra.com - Pemerintah Kota (Pemkot) Tegal, Jawa Tengah masih memiliki pekerjaan rumah menuntaskan kasus gizi buruk. Terdapat 19 balita di Kota Bahari yang mengalami masalah kekurangan gizi.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tegal Sri Primawati Indraswari mengatakan, hingga Juni 2020, terdapat 19 balita yang mengalami gizi buruk dari 11.553 balita.
"Jumlah ini artinya 0,16 persen dari jumlah balita di Kota Tegal," kata Primawati, Senin (3/8).
Menurut Prima, jumlah balita gizi buruk selalu mengalami perubahan tiap bulannya salah satunya karena langkah penanganan yang dilakukan Dinas Kesehatan melalui puksemas dan posyandu. Data perkembangan tersebut juga rutin dilaporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi Jateng.
"Setiap bulan kami melaporkan. Laporannya adalah jumlah sisa kasus bulan lalu berapa, jumlah kasus baru berapa, jumlah kasus murni berapa dan jumlah kasus yang kambuh berapa. Jadi misalnya yang sudah baik lalu kambuh berapa, lalu hasil penanganan yang sembuh berapa. Jadi datanya selalu berubah," jelasnya.
Wali Kota Tegal Dedy Yon Supriyono mengatakan, penanganan masalah gizi buruk menjadi salah satu prioritas yang dilakukan pemkot karena menyangkut generasi penerus bangsa.
"Ini menjadi proritas yang harus ditangani. Bagaimana caranya pemkot khususnya Dinas Kesehatan dan seluruh puskesmas menyelesaikan," kata Dedy.
Menurut Dedy, selain pemerintah, penanganan gizi buruk juga memerlukan dukungan dan peran dari sejumlah pihak seperti PKK, kader kesehatan, kader Posyandu, orang tua dan lingkungan sekitar.
"Pemahaman kepada orang tua juga penting karena gizi buruk itu bukan saja karena orang tua yang tidak mampu memberikan vitamin, susu maupun makanan bergizi lainnya, tapi kurangnya perhatian pun bisa berdampak pada tumbuh kembang dan kesehatan anak," ucapnya.