Home Milenial Bupati yang Pernah Kumpulkan Raja Maling Telah Wafat

Bupati yang Pernah Kumpulkan Raja Maling Telah Wafat

Mataram, Gatra.com- NTB kembali berduka, salah satu tokoh yang mantan Walikota Administratif Mataram dan Bupati Lombok Barat H Lalu Mudjitahid meninggal, Sabtu (1/8) pada usia 82 tahun. Penggagas gerakan “Perang Melawan Maling” di masa kepemimpinannnya ini meninggal setelah dirawat selama seminggu di RSUP NTB. Tokoh yang syarat akan ide visioner dalam pembanguunan ini dimakamkan, Minggu (2/8). Ratusan pelayat mengantar tokoh pencetus gerakan nasional “Jumat Bersih” ini ke tempat peristirahatannya yang terakhir.

Dalam catatan perjalanan kepemimpinannya, Miq Mudji, begitu biasa ia di masa kepemimpinannya sebagai Walikota Mataram dan Bupati Lombok Barat syarat akan gagasan visioner dalam membangun daerahnya. Salah satu gerakan paling sensasional dilakukan saat menjadi Bupati Lombok Barat yakni “"Perang Melawan Maling" dengan atmosfir "Gerakan Kentongisasi".

“Miq Mudji dengan pendekatan persuasif dan kearifan lokalnya mengumpulkan para datu (raja, red) maling di seantero Lombok Barat untuk berdialog sekaligus menawarkan permodalan beternak agar para pencuri ternak ini berhenti melakukan pekerjaanya. Kebiasaan buruk pencuri ternak ini kerap kali menimbulkan korban meninggal bagi para pemilik ternak,” ungkap Ketua DPRD Kota Mataram, H Didik Sumardi, Minggu (2/8) di Lombok Barat.

Menurut Didik, gerakan perang melawan maling manaikkan trending Lombok Barat sebagai daerah paling aman di NTB dengan angka kriminalitas nol. Saat itu yang tengah santer adalah kegelisahan para pengarat (peternak, red) yang selalu kehilangan ternak piaraaanya. Keluhan para peternak itu menjadi gagasan HL Mudjitahid melaunching "Gerakan Kentongisasi".

“Gagasan spektakuler sosok pemimpin legendaris ini memang penuh berani. Dimana para pemilik ternak kerap kali menjadi korban meninggal kebengisan para pencuri ternak. Mudjatahidpun berontak atas perilaku meresahkan tersebut. Ide sosok yang dikenal sebagai "Bapak Pembangunannya Lombok Barat" ini tidak hanya sekedar melempar gagasan, namun diiimbangi dengan solusi atas penyebab mental buruk masyarakatnya,” tukasnya.

Ia menambahkan, Mamiq Mudjipun berkali-kali berdialog secara persuasif tanpa kenal lelah dengan tokoh maling yang dikenal serem, bengis bahkan memiliki ilmu kebal senjata sekalipun. Aparat keamananpun kwalahan menghadapi pencuri saat itu. Namun tangan dingin dan pendekatan komunikatif kearifan lokal yang ditunjukkan Miq Mudji membuat para maling ini melunak.

“Bahkan satu-satunya pemimpin saat itu yang mampu mengumpulkan raja-raja maling seantero Lombok Barat. Miq Mudji mengajak para maling itu untuk menghentikan pekerjaannya dengan solusi memberinya bantuan modal untuk memelihara ternak. Pemda siap memberikan bantuan dan bekerjasama untuk itu. Namun, jika para pencuri ternak tersebut tidak bisa diajak kerjasama, dalam arti tetap bersikukuh dengan penyakitnya itu, maka Pemda didukung seluruh masyarakat mengambil tindakan tegas,” ujar Didik.

Tindakantegas dimaksud Didik yakni dari pada pemilik ternak yang mati konyol, lebih baik pencurinya yang dibinasakan. Tawaran solutif Miq Mudji itu ternyata berbuah manis. Para pencuri ternak secara perlahan sadar akan perbuatannya yang salah, setelah diberikan permodalan ternak tadi. Karena itu wajarlah angka kriminalitas di Gumi Patut Patuh Patju dari ujung selatan Lombok Barat hingga ujung Utara Lombok Utara saat itu hanya nol persen.

Selain itu Wakil Walikota Mataram, H Mohan Roliskanapun menilai gagasan Miq Mudji tetap mengalir tak pernah kering. Ia istiqomah menjalankan komitmennya membangun daerah tercintanya Lombok Barat. Banyak gerakan brilian digagas Miq Mudji, gerakan Jumat Bersih yang menasional, Gerakan Partisipatif pembangunan daerah, "Operasi Manunggal Patut Patuh Patju", gerakan safari Magrib, Gerakan safari Subuh, hingga blusukan ke desa-desa terpencil sekalipun yang masih menggunakan lampu templek. “Ia rela tidur bersama rakyatnya meski dekat kandang ternak sekalipun dengan bau yang kurang bersahabat. Para Tuan guru, Inaq-Inaq, Amaq-Amaq (ayah, ibu, red) yang masih bekereng (bersarung) di desa selepas sholat subuh berjamaah diajaknya untuk berolahraga senam bersama,” kata Mohan.

15874