Bandung, Gatra.com - Pusat Sumber Daya Mineral Batu Bara dan Panas Bumi (PSDMBP) mengkategorikan sumber air panas di kampung Cipanas, Desa Rajamandala Kulon, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB) sebagai panas bumi Non-Vulkanik karena tidak berada di lingkungan gunung api aktif.
"Panas bumi dibagi menjadi menjadi dua, sistem vulkanik dan sistem non vulkanik. Kalau yang di berdasarkan data base Pemda Jabar yang pernah melakukan inventarisasi melalui survei tinjau, secara umum ini masuk pada panas bumi non vulkanik, karena berada di lingkungan bukan gunung api," kata Kepala Bidang Panas Bumi PSDMBP, Arif Munandar, Minggu (2/8).
Baca juga: Unik, Wisata Air Panas di KBB Bukan Berasal Dari Gunung Api
Ia menjelaskan sumber panas dari Non-Vulkanik bisa Berasal dari patahan atau sesar. Bisa pula sebagai gradien thermal biasa saja atau heat sweep.
Sistem panas bumi sesar atau heat sweep, berkaitan dengan zona sesar dan rekahan pada kedalaman di daerah yang memiliki heat flow yang tinggi.
Umumnya terjadi pada tumbukan antar lempeng (plate collision), atau pada sesar aktif. Sumber panasnya berupa kerak benua yang mengalami deformasi. Di Indonesia banyak dijumpai di sepanjang Sesar Sumatera, Sesar Palu-Koro dan Sesar Sorong.
"Jadi air meteorik masuk di ke dalaman tanah. Makin dalam gradien thermal, maka makin panas. Karena panas maka terjadi tekanan sehingga muncul lagi ke permukaan sebagai sumber air panas," jelasnya.
Menurut Arif, air panas non-vulkanik biasanya memiliki temperatur relatif rendah antara 60-80 derajat celcius. Sumber air panas di Rajamandala Kulon sendiri memiliki temperatur maksimal 44 derajat celcius dengan kadar keasaman (pH) normal yaitu 7.
"Makanya tidak direkomendasikan untuk penyelidikan lebih detail lagi untuk pembangkit listrik. Kita sarankan untuk panas bumi bertemperatur rendah ini untuk dimanfaatkan secara langsung seperti wisata pemandian atau budidaya ikan," jelasnya.