Gunungkidul, Gatra.com – Beberapa wilayah di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, telah mengalami krisis air bersih akibat musim kemarau. Warga diimbau memakai air bantuan seefisien mungkin dan mendahulukan konsumsi dibanding untuk pencegahan Covid-19.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul, Edy Basuki, mengatakan bantuan air bersih ke daerah terdampak bencana kekeringan sudah dikirim selama dua minggu ini. “Droping air bersih terus dilakukan saat ini,” kata Edy, Sabtu (1/8).
Wilayah yang telah mendapat bantuan air bersih antara lain Girisubo, Rongkop, dan Semanu. Edy memprediksi dampak kekeringan ini seperti kondisi tahun-tahun sebelumnya, yakni dialami ratusan ribu warga Gunungkidul. “Ada dana sekitar Rp700 juta untuk droping air bersih sampai November mendatang,” kata dia.
Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Dewi Irawaty, mengimbau warga mengutamakan kebutuhan konsumsi ketika mendapat bantuan air bersih. “Utamakan untuk konsumsi,” katanya.
Menurut Dewi, penerapan protokol kesehatan pencegahan Covid-19, yakni mencuci tangan dengan sabun, dapat dilakukan seperlunya. “Terkait Covid bisa cuci tangan seperlunya atau diselingi hand sanitizer,” kata Dewi.
Dewi khawatir warga memakai air kurang bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. “Warga memakai air telaga keruh yang perlu diwaspadai. Jangan sampai mandi, gosok gigi, cuci piring dengan air seperti itu,” ucapnya.
Camat Girisubo, Agus Riyanto, mengatakan beberapa wilayah setempat memang telah mengalami krisis air bersih. Bantuan air pun telah datang sejak akhir Juli lalu. “Kami minta agar masyarakat bisa menggunakan air seefisien mungkin untuk kebutuhan konsumsi maupun cuci tangan memakai sabun dalam upaya pencegahan Corona,” katanya.
Di Girisubo, tidak ada warga terkonfirmasi positif Covid-19, sedangkan 43 suspek dan dua probabel. Meski begitu, menurut Agus, warga harus tetap waspadadan disiplin menerapkan protokol kesehatan. “Kami selalu mewanti-wanti warga jangan sampai terpapar Covid,” ucapnya.