Home Milenial Minim Peminat, Dunia Astronomi Indonesia Tertinggal

Minim Peminat, Dunia Astronomi Indonesia Tertinggal

Yogyakarta,  Gatra.com -  Dengan penduduk 269 juta jiwa, Indonesia minim peminat dunia astronomi dan sains antariksa. Kehadiran komunitas astronomi diperlukan untuk memajukan sains antariksa.

Pandangan ini disampaikan Direktur Indonesia Space Science Society (ISSS) Venzha Christ, Senin (27/7). "Dari infrastruktur, fasilitas observasi, wahana pembelajaran antariksa, maupun lembaga pendidikan jurusan astronomi, Indonesia jauh tertinggal," kata dia, melalui rilis yang diterima Gatra.com.

Kondisi itu berdampak pada rendahnya kecintaan masyarakat untuk mengamati fenomena alam. Namun, Venzha menilai, selama sepuluh tahun terakhir ketertarikan pada astronomi mulai meningkat seiring kemajuan teknologi dan seni.

"Perkembangan positif itu tidak bisa lahir sendiri. Terdapat komunitas yang bergerak aktif menciptakan inovasi dan bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mewujudkan kemajuan sains antariksa di dalam negeri," ujarnya.

Saat ini perkembangan dunia astronomi membutuhkan kerjasama, kolaborasi, dan budaya saling berbagi ilmu pengetahuan secara mandiri, sederhana, dan mudah.

"Rencana pembangunan observatorium nasional di Kupang menjadi salah satu angin segar bagi masyarakat Indonesia," kata Venzha yang juga pendiri Indonesia UFO Network (IUN) ini.

Di masa pandemi ini, Venzha menyatakan peringatan 'Indonesia UFO Day 2020' di  Balai Uji Teknologi dan Pengamatan Antariksa dan Atmosfer LAPAN Garut, pada 21 - 22 Juli, sebagai momentum kegiatan riset dan observasi antariksa.

"Tanggal itu bertepatan saat LAPAN melakukan observasi pertamanya untuk pengamatan komet Neowise," katanya.

Momentum ini penting karena pada 2045 Indonesia dituntut mampu mengejar kemajuan negara lain di bidang astronomi. Pada tahun itu, Indonesia mengalami bonus demografi dan generasi milenial mencapai puncaknya.

Menurutnya, hal itu menjadi tantangan pemerintah. Jika diantisipasi dengan baik, tantangan itu menjadi peluang besar yang menguntungkan bangsa. "Tapi jika tidak, kita akan semakin ketinggalan dari negara lain. Kuncinya terletak pada sistem pendidikan yang berorientasi bonus demografi," katanya.

1031