Yogyakarta, Gatra.com - Warga yang mematuhi protokol kesehatan pencegahan Covid-19 dengan memakai masker merasa terkhianati. Gara-garanya, warga pelanggar protokol tersebut tak mendapat sanksi yang jelas oleh pemerintah.
Hal ini disampaikan sosiolog Universitas Gadjah Mada, Wahyu Kustiningsih, dalam diskusi daring komunitas Sonjo Yogyakarta, “Peningkatan Penyebaran Covid-19 dan Strategi Penanggulangannya’, Minggu malam (26/7).
“Ketahanan disiplin turun juga karena masyarakat lelah. Warga yang telah berdisiplin mematuhi protokol kesehatan merasa terkhianati. Mereka capek, kenapa orang lain mudah tidak memakai masker dan tak mendapat sanksi,” tutur Wahyu.
Menurut dia, ada proses pembiaran bagi warga yang tak menjalankan protokol kesehatan di area publik, termasuk di Yogyakarta. Apalagi selama ini sanksi untuk pelanggar protokol itu tak jelas dan beragam, sehingga dipertanyakan efektivitasnya.
Wahyu menyebut, sejumlah sanksi itu seperti harus menghafalkan Pancasila di Klaten, penyitaan KTP di Surabaya, pushup di Jakarta, hingga baca Alquran di Aceh. “Hukuman-hukuman ini apakah efektif untuk menyadarkan masyarakat supaya disiplin?” ujarnya.
Ia menjelaskan, warga sebenarnya telah mengetahui seluk-beluk tentang Covid-19 melalui berbagai sumber hingga membentuk pengetahuan lokal.
“Namun masyarakat kadang terlalu pede, merasa aman dan kebal dari virus. Pengetahun belum tentu mengubah perspektif, kecuali mereka mengalaminya langsung,” tuturnya.
Menurutnya, berbagi pengalaman kasus Covid-19 di lingkungan terdekat seperti keluarga, di media sosial justru mampu meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan warga akan bahaya Covid-19.
“Perlu menambahkan kesadaran kolektif bahwa krisis ini harus dihadapi bersama. Pengembangan kesadaran bersama ini akan berkontribusi terhadap kapasitas kesiapsiagaan masyarakat menghadapi pandemi,” ujarnya.
Wakil Ketua DPRD DIY Huda Tri Yudiana mengakui kepatuhan warga DIY mematuhi protokol kesehatan pencegahan Covid-19 menurun karena jenuh. Warga mulai keluar rumah untuk beraktivitas di tempat publik. “Masker dilepas. Orang-orang bersepeda, kumpul-kumpul, ramai lagi,” kata dia.
Secara terpisah, Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Daerah Istimewa Yogyakarta Biwara Yuswantana mengklaim mayoritas warga DIY sudah mematuhi protokol, terutama pemakaian masker.
“80 persen masyarakat di Yogyakarta memakai masker,” kata dia di acara bincang daring ‘Sapa Daerah: Ke Jogja Ku Kembali’ gelaran Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Minggu.
Menurut dia, pihaknya terus menggelar edukasi dan sosialisasi protokol kesehatan, termasuk di objek wisata yang mulai uji coba buka. “Ada tim verifikasi dan penegakan hukum untuk menilai kesiapan objek wisata menerapkan protokol kesehatan,” katanya.
Hingga Minggu petang, kasus Covid-19 di DIY terus meningkat. Selama beberapa hari, kasus bertambah dua puluhan kasus per hari. Dengan tambahan tujuh kasus baru kemarin, total 543 kasus Covid-19 di DIY. Dari jumlah ini 347 orang sembuh dan 17 orang meninggal. Lebih dari separuh kematian tersebut, yakni 9 orang wafat sepanjang bulan Juli ini.