Home Politik Lima Perempuan Ikut Bertarung Pilkada di Riau

Lima Perempuan Ikut Bertarung Pilkada di Riau

Pekanbaru,Gatra.com - Pilkada serentak Provinsi Riau tahun 2020, menampilkan calon pemimpin dari perempuan. Hingga Minggu (26/7), tercatat lima sosok perempuan tampil sebagai bakal calon kepala daerah. Bakal calon dari kaum hawa tersebut tersebar di Kabupaten Indragiri Hulu, Kabupaten Siak, Kabupaten Kuansing dan Kabupaten Bengkalis. 
 
Kepada Gatra.com, Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu) DPW PKS Provinsi Riau, Makarius Anwar, menyebut majunya sosok perempuan pada pilkada 2020 bukan secara spontan. Namun, juga berdasarkan pertimbangan kewilayahan. 
 
"Bagi PKS tidak tabuh untuk mengusung perempuan. Tapi memang itu melalui pertimbangan internal, misalnya di Kabupaten Siak. Kita berharap ada captive market pemilih perempuan yang bisa terserap oleh Bu Reni Nurlita," jelasnya kepada Gatra.com, Minggu (26/7). 
 
Reni sendiri merupakan wakil bagi bakal calon bupati Sayed Abubakar Assegaf untuk pilkada Kabupaten Siak. Pasangan ini telah meraih dukungan dari Partai Demokrat dan PKS. Sambung Makarius, tampilnya sosok perempuan dalam gelaran pilkada merupakan cara agar kepentingan politik kaum hawa dapat terakomodir. 
 
"Bukan berarti tanpa sosok perempuan, kepentingan kaum hawa terpinggirkan. Namun, jika calon itu dari perempuan, tentu mereka lebih paham aspirasinya seperti apa. Untuk PKS, pilkada 2020 kader kita maju di posisi calon wakil kepala daerah," tekannya. 
 
Selain Reni Nurlita di Kabupaten Siak, sosok perempuan lainya diketahui maju di Kabupaten Bengkalis atas nama Kasmarni. Sedangkan Rezita dan Siti Aisyah akan berlaga di pilkada Kabupaten Indragiri Hulu. Terakhir, Konferensi maju di pilkada Kabupaten Kuansing. 
 
Terpisah, pengamat komunikasi politik Aidil Haris menilai, mulai banyaknya cakada dari  kalangan perempuan menandakan kemajuan iklim demokrasi di suatu wilayah. Hanya saja, dalam kontestasi pilkada hal tersebut akan dipengaruhi oleh budaya politik di wilayah tempatan. 
 
"Dalam konteks politik berdemokrasi tentu tidak ada persoalan. Tapi secara kultural mugkin lain cerita. Secara umum, karena kultur melayu yang begitu kental, dominasi pria itu lebih besar ketimbang perempuan. Faktor ini bisa mempengaruhi pemilih," imbuhnya. 
 
Aidil mencontohkan pemilihan walikota (pilwako)Pekanbaru tahun 2011 silam. Saat itu Septina Primawati-Erizal Muluk kalah dalam kontestasi menghadapi Firdaus-Ayat Cahyadi. 
 
"Dan rekam jejak pilkada di Riau tingkat kabupaten, setahu saya belum pernah diwarnai kemenangan dari kalangan perempuan. Tapi mungkin saja pada pilkada 2020 kemenangan itu terjadi karena pengaruh sejumlah faktor," tukasnya.
1334