Jakarta, Gatra.com- Peringkat Sustainable Development Goals (SDGs) Indonesia meningkat satu tingkat pada 2020. Dari 166 negara, Indonesia berada di urutan 101 dari sebelumnya ada di urutan 102. Posisinya di atas Myanmar dan Kamboja.
Beberapa upaya telah dilakukan melalui serangkaian kebijakan. Pemerintah juga mengeluarkan sejumlah peraturan yang fokus pada pengawasan dan pencapaian SDGs. Pelibatan seluruh lapisan masyarakat di Indonesia pun dibilang cukup tinggi.
Perwakilan United Nations Development Programme (UNDP) untuk Indonesia, Chistophe Bahuet mengapresiasi pencapaian ini. Skor indeks Indonesia mengalami kemajuan dari tahun sebelumnya. Pada 2019, skor index 64,2, sedangkan pada 2020 menjadi 65,3.
Namun, Chistophe Bahuet juga melihat masih ada beberapa persoalan yang menghambat pencapaian pembangunan di Indonesia, terutama dampak COVID-19. Virus corona menyebabkan kekerasan berbasis gender melonjak selama lockdown. Selain itu, pencemaran lingkungan kerap terjadi akibat pembuangan sampah COVID-19. Masyarakat juga banyak kehilangan pekerjaan. Permasalahan tersebut sangat memengaruhi SDGs.
“Dampak COVID-19 sangat signifikan. Apa yang kita bisa lakukan untuk mengatasi kemunduran ini. Kerja sama internasional merupakan cara untuk mengatasi tantangan global. UNDP mendukung Pemerintah Indonesia,” tuturnya dalam sesi Webinar 2.0 SDG Academy Indonesia, Kamis (23/7).
UNDP mengimbau adanya proses akselerasi menuju pencapaian SDGs. Pertama, komitmen politik dan aksi konkret sangat diperlukan untuk membawa SDG ke jalur semula dan mempercepat kemajuan. Kedua, membutuhkan penguatan kerja sama dan solidaritas internasional. Ketiga, harus terdapat inovasi dalam pengadaan data berupa real time data dan new sources data (big data).
Staf Ahli Bidang Sinergi Ekonomi dan Pembiayaan Bappenas, Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, Bappenas telah memastikan tujuan pembangunan melalui tujuh agenda pembangunan. Dari ketujuh agenda tersebut, empat target SDGs telah diutamakan dalam RPJMN 2020-2024.
“Pelajaran penting, bukan peringkatnya, Indonesia dapat mengawal dan mengimplementasikan secara nyata dan konkret. Berbicara SDGs, meliputi pencapaian di tingkat daerah yang nantinya menjadi perumusan kebijakan di daerah untuk mencapai SDGs bersama-sama,”katanya.
Pemerintah tidak hanya berfokus pada lingkup nasional, tetapi juga memerhatikan pembangunan dalam skala daerah dan lokal. UNDP SDGs Advisor dan Director SDG Academy Indonesia, Julianty Ansye Sopacua menuturkan, rencana institusi perlu ditandai dari adanya rencana kegiatan di daerah. Untuk mempercepat pencapaian di tahun 2020 hingga 2030, perlu adanya proses budgeting yang baik.
“Narasi yang ingin saya sampaikan, bagaimana melokalkan SDG terhadap hasil. Bagaimana kita mengakselerasi itu. Penting sekali upaya di tingkat lokal untuk memengaruhi rangking. Kita di Indonesia, mudah mudahan di-compare menggunakan metode apapun supaya menjadi baik,” ujarnya.
Salah satu upaya adalah dengan melakukan inovasi. Ansye memaparkan empat hal yang mendukung pelokalan SDGs yaitu koherensi kebijakan, pembiayaan SDG, analisis data, dan kemitraan multi-stakeholder.
“Kami ingin data yang di-develop untuk SDG diintegrasi melalui sistem yang ada di Bappeda. Bagaimana membuat aksi lebih skillable,” tuturnya.
Chairman of Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD), Sihol Aritonang juga sependapat, inovasi merupakan aspek penting untuk meningkatkan peringkat SDGs. Menurutnya, sektor swasta dapat berbisnis sekaligus berkontribusi dalam pembangunan.
“Tercapainya SDGs sangat bergantung pada kolaborasi antar-stakeholder, salah satunya peran sektor swasta. Swasta berkontribusi dalam memperkecil gap investment funds untuk tujuan SDGs, serta memiliki sumber daya, keterampilan khusus, teknologi dan inovasi terkini untuk menyukseskan SDGs,” ujar Sihol.
Sihol mencontohkan produsen pulp dan kertas, Grup APRIL yang juga merupakan anggota IBCSD, yang telah berkontribusi terhadap pencapaian SDGs dengan menerapkan model production-protection dengan menginisiasi proyek Restorasi Ekosistem Riau (RER). Proyek konservasi dan restorasi terbesar di Pulau Sumatera ini luasnya mencapai 2 kali wilayah Singapura atau setara dengan 150.000 hektar.
Webinar 2.0 SDG Academy Indonesia pada Kamis (23/7) menghadirkan beberapa pembicara di antaranya Perwakilan United Nations Development Programme (UNDP) untuk Indonesia Chistophe Bahuet, Chairman of IBCSD Sihol Aritonang, Director SDG Academy Indonesia Julianty Ansye Sopacua, Staf Ahli Bidang Sinergi Ekonomi dan Pembiayaan Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suhariyanto, SDG Index Manager-SDSN Guillaume Lafortune, dan Country Director Oxfam in Indonesia Maria Luranti. (Adv)