Pekanbaru, Gatra.com - Turut sertanya sejumlah keluarga bupati dalam kontestasi 9 pilkada di Riau, sangat dipengaruhi track record keluarga saat memangku jabatan. Hal itu dikatakan pengamat komunikasi politik dari Universitas Muhammadiyah Riau, Aidil Haris.
Aidil mengatakan reputasi keluarga bakal menjadi perhatian dalam setiap kontestasi. Namun, sorotan itu juga terkait capaian selama menjabat.
"Apakah dengan ikutnya mereka, kemudian peluang menangngya lebih besar? Tentu saja tidak, bahkan di segmen pemilih tertentu, mereka akan mengamati track record yang telah dicapai," sebutnya kepada Gatra.com, Kamis (23/7).
Adapun dalam kontestasi pilkada 2020 di Riau, anak dan istri bupati turut menjadi bakal calon kepala daerah. Di Pelalawan misalnya, anak Bupati Pelalawan, HM Haris, Adi Sukemi, telah memperoleh dukungan dari Partai Golkar. Sedangkan di Indragiri Hulu, istri Bupati Yopi Arianto, Rezita, juga telah meraih dukungan Partai Golkar. Di Kabupaten Kuansing, anak mantan Bupati Kuansing Sukarmis, juga dipastikan bakal ikut berlaga pada pilkada Desember 2020.
Aidil menyebut cakada dari keluarga elit tingkat lokal, ditinjau dari segi momen sosialisasi sangat diuntungkan. Pasalnya nama mereka dengan sendirinya diasosiasikan dengan bupati yang kini menjabat.
"Sedangkan para penantang, harus meladeni pilkada di tengah wabah dengan sedikitnya waktu bersosialisasi. Jadi, dari segi popularitas cakada dari keluarga elit sangat terbantu. Tapi kalau elektabilitas belum tentu," tekannya.
Sambung Aidil, elektabilitas itu akan ditentukan oleh bagaimana pemilih memandang capaian keluarga tersebut saat memimpin. Sehingga popularitas yang tinggi belum tentu elektabilitas juga tinggi.
"Warga mungkin kenal dia sebagai anak atau istri bupati. Artinya dia sudah dikenal. Tapi untuk dipilih, warga akan melihat track record keluarga itu. Namun ini lebih kentara pada pemilih dengan corak rasional," tukasnya.