Donald Trump resmi menarik dukungannya pada WHO di tengah-tengah pandemi Covid-19. Karena dianggap ada main mata dengan Cina. Pendonor besar lain, belum bisa menggantikan kontribusi dominan Amerika.
Kandidat Presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat, Joe Biden, sudah punya janji besar jika terpilih jadi Presiden. Dan itu akan dilakukannya pada hari pertama berkuasa, yaitu membatalkan keputusan Presiden Donald Trump untuk menarik dukungan pendanaan Amerika Serikat kepada Organisasi Kesehatan Dunia, WHO. Mantan Wakil Presiden AS era Presiden Barack Obama itu mengungkapkan lewat akun Twitter beberapa jam setelah Presiden Trump secara resmi mengumumkan keputusannya menarik diri dari WHO.
Lewat cuitan yang dibuat Selasa malam dua pekan lalu, Biden mengatakan bahwa Amerika lebih baik bekerja dalam komunitas internasional terkait masalah kesehatan global. "Orang Amerika lebih aman ketika Amerika terlibat dalam memperkuat kesehatan global," begitu cuitnya. "Pada hari pertamaku sebagai presiden, aku akan bergabung kembali dengan @WHO dan mengembalikan kepemimpinan kita di panggung dunia."
Di hari itu sebelumnya, Trump secara resmi menarik Amerika dari urusan WHO setelah mengisyaratkan langkah tersebut pada Mei lalu. Alasannya, WHO berada di bawah kendali Cina selama krisis corona. Meskipun ada imbauan aga rencana itu tidak dilakukan dari negara Uni Eropa dan pihak-pihak lain, Trump tetap kukuh dengan keputusannya dan mengalihkan dana ke pos lain.
Namun keputusan itu sesungguhnya tidak serta merta membuat Amerika Serikat keluar dari WHO. Ada proses panjang yang bisa memakan waktu setidaknya satu tahun. Kubu Partai Demokrat di Kongres mengonfirmasi bahwa legislatif telah diberitahu tentang keputusan presiden itu. Dan banyak yang menentang.
Robert Menendez, Senator Partai Demokrat yang terkemuka di Komite Hubungan Luar Negeri, menulis di Twitter, "Kongres menerima pemberitahuan bahwa POTUS secara resmi menarik AS dari WHO di tengah pandemi." POTUS adalah kata sandi untuk Presiden Amerika Serikat. "Itu membuat orang Amerika sakit dan Amerika sendirian."
Dari PBB, Stephane Dujarric, juru bicara Sekretaris Jenderal PBB, juga menegaskan Amerika secara resmi menyampaikan penarikan diri, dan akan berlaku mulai 6 Juni 2021. Keputusan Trump ini disesalkan Cina, karena akan memukul negara-negara miskin yang paling sulit.
"Keputusan Amerika Serikat ini merusak upaya internasional dan akan memiliki implikasi besar, terutama bagi negara-negara berkembang yang sangat membutuhkan dukungan internasional," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Zhao Lijian. "Kami mendesak Amerika Serikat untuk memenuhi tanggung jawab dan kewajiban internasionalnya dan menunjukkan tanggung jawab sebuah negara besar."
Sejak akhir Mei lalu, Donald Trump sudah terang-terangan menyatakan akan menarik diri dari WHO. Alasannya, lembaga dunia ini dianggap berada di bawah kendali Cina pasca-pandemi Covid-19. Dia pun menuntut WHO melakukan perbaikan substantif dalam 30 hari. Jika tidak, keran pendanaan AS akan ditutup. Ancaman itu bukan gertak sambal. Akhir Mei Trump mengeluarkan statemen: "Kami akan mengakhiri hubungan kami dengan WHO dan mengarahkan dana itu ke badan amal global lainnya."
Menurut analisis kantor berita BBC, kejengkelan Trump terhadap WHO karena dia menduga WHO dan Cina ada main mata. Dia berkali-kali mengkritik penanganan awal wabah oleh Cina. Sampai-sampai menyebut virus SARS CoV2 sebagai virus Cina, yang diprotes Beijing. Dalam kesempatan lain, Trump menuding Cina mengarahkan WHO untuk menyesatkan dunia tentang virus tersebut, tanpa memberikan bukti atas tuduhannya.
Di lain waktu dia berucap, "Cina memiliki kendali penuh atas WHO." Beruntung, negara-negara lain termasuk Jerman dan Inggris menegaskan komitmenya untuk tetep mendukung pendanaan WHO.
Seorang pejabat senior pemerintah AS menjelaskan kepada CBS News bahwa Washington telah membuat daftar reformasi yang harus dikerjakan WHO dan menuntut Amerika Serikat terlibat dalam prosesnya. Namun WHO menolakpermintaan itu. "Karena mereka gagal melakukan reformasi yang diminta dan sangat dibutuhkan," seperti dikutip dari pejabat itu
Selama ini, Amerika Serikat memang menjadi kontributor tunggal terbesar WHO. Pada tahun 2019 negara adidaya ini menyediakan lebih dari US$400 juta atau sekitar 15% dari total anggaran tahunan WHO.
Di bawah resolusi Kongres tahun 1948, "Negeri Paman Sam" ini dapat menarik atau menghentikan bantuan itu, tetapi harus memberikan pemberitahuan satu tahun dan harus membayar biaya yang luar biasa. Belum diketahui bagaimana sikap Trump terhadap ketentuan ini. Yang pasti, pihak PBB sebagai induk WHO memastikan bahwa persyaratan itu harus dipenuhi.
Mundurnya Amerika akan memberikan pukulan siginifikan pada WHO, terutama dalam kemampuannya untuk melaksanakan sejumlah progam dan promosi kesehatan skala luas di seluruh dunia.
Menurut laman resmi WHO, lembaga itu mendapat pendanaan dari dua sumber utama, yaitu dari negara-negara anggota dan sumbangan sukarela dari lembaga-lembaga lain. Sumbangan dari negara anggota disebut assessed contribution (AC) yang dihitung dari persentase GDP negara yang bersangkutan. Pendanaan ini menutup sekitar 20% dari total anggaran tahunan WHO.
Sumber kedua voluntary contributions (VC) sebagian besar dari lembaga-lembaga multilateral, PBB, LSM, swasta, dan sumber-sumber lainnya. Untuk pengelolaanya, sekarang sudah dibentuk yayasan WHO yang akan memfasilitasi kontribusi dari masyarakat umum, donor utama, dan korporasi. Yayasan yang didirikan 27 Mei 2020 ini merupakan entitas terpisah dari WHO.
Cina dan WHO sebelumnya sudah melakukan penggalangan dana setelah Presiden Trump mengancam menghentikan dukungannya. Negara itu sempat mengadakan aksi kampanye penggalangan dana bertajuk "Covid-19 Solidarity Response Fund for WHO. Action of China". Kampanye ini diumumkan Mei lalu dan mendapat publikasi luas.
Menurut Voice of America, Cina terlihat sebagai dewa penolong saat WHO terancam kehilangan sumber pendanaan terbesarnya. Namun apa mau dikata, sebulan setelah pengumuman itu, aksi penggalanan dana baru mengumpulkan sekitar US$9.500. Padahal aksi ini didukung 20 platform penggalangan dana berbasis internet Cina untuk mengumpulkan sumbangan. Hasil ini membuat Cina dicibir. Dianggap hanya besar mulut tapi aksinya nyatanya jauh panggang dari api.
VOA juga mengungkapkan bahwa sebelum aksi penggalangan dana itu, Cina berjanji untuk menyumbangkan lebih dari US$30 juta kepada WHO pada April lalu, di samping US$20 juta yang sudah disetorkan. Namun, yang tidak diungkapkan saat itu adalah bahwa Beijing berutang kepada WHO hampir $30 juta dalam biaya keanggotaan.
Bagaimanapun, dalam berderma, Amerika memang bukan tandingan siapa-siapa. Tak hanya jadi kontributor terbesar WHO, Amerika Serikat juga kontributor terbesar untuk PBB, yakni dengan menyediakan 22% dari anggaran reguler. Sedangkan Beijing membayar 12%.
Per 11 Juni 2020, iuran keanggotaan Amerika Serikat adalah US$678,6 juta, sementara Cina US$370,3 juta. Untuk pendanaan rutin PBB dan WHO, kontribusi Amerika 10 kali lipat lebih besar daripada Cina. VOA juga menemukan bahwa dalam periode 2018-19, kontribusi Washington kepada WHO hampir US$900 juta, 10 kali lebih banyak daripada kontribusi Cina (US$ 86 juta). Sehingga, bila Cina ingin menyita perhatian dunia, harus mulai lebih murah hati.
Rosyid
Sepuluh kontributor terbesar WHO 2018/2019 (juta USD)
Amerika Serikat 851,6
Inggris 463,4
Bill & Melinda Gates Foundation 455.3
GAVI Alliance 388,7
Jerman 358,8
UNOCHA 2 85,7
Jepang 233,9
Komisi Eropa 213,3
Rotary International 168,0
National Philanthropic Trust 115,9
sumber: WHO