Karanganyar, Gatra.com- Mekanisme baru diberlakukan dalam penyaluran bantuan gerakan nasional orangtua asuh (GNOTA). Jika sebelumnya uang tunai diserahkan orangtua asuh langsung ke anak asuhnya, namun kini melalui guru sekolah. Pembatasan sosial dan fisik di masa pandemi Covid-19 melatarbelakangi mekanisme itu.
Ketua Pengurus Lembaga GNOTA (LGNOTA) Karanganyar, Siti Khomsyah mengatakan bantuan orangtua asuh biasanya disalurkan pada tahun ajaran baru. Per penerima untuk jenjang SD Rp 200 ribu, SMP Rp 300 ribu, SMA Rp 500 ribu dan mahasiswa Rp 1 juta. Pada tahun ajaran lalu, penyalurannya dilakukan per kecamatan dengan mengumpulkan calon penerimanya. Untuk tahun ini, hal itu terhalang penerapan protokol kesehatan.
Kami sedang menyusun sistemnya di tatanan normal baru. Anak-anak rentan tertular jika dikumpulkan seperti tahun ajaran lalu. Dulu, uang langsung kita serahkan ke anak. Namun sekarang harus dihindari pengumpulannya, katanya kepada Gatra.com di ruang kerjanya, Selasa (21/7).
Cara paling memungkinkan dengan menitipkan uang itu ke guru sekolahnya. Hanya saja, mereka harus tahu betul kondisi ekonomi siswa di tahun ajaran baru supaya penyalurannya tidak salah sasaran. Siti sangat berharap kalangan pengajar bersedia meneruskan amanah para orangtua asuh ke siswa yang membutuhkan.
Ia mengatakan, uang tersebut biasanya dipakai membeli kebutuhan personal peserta didik seperti tas, sepatu, seragam dan alat tulis. Lantaran tidak diperkenankan pembelajaran tatap muka selama masa pandemi atau di daerah selain status hijau, maka penggunaan uangnya lebih fleksibel. Siti mempersilakan jika dialihkan ke pembelian kuota data internet.
"Sekarang kan modelnya daring. Tentu membutuhkan kuota internet. Silakan uangnya buat itu saja. Sebab belum banyak sekolah bisa membelanjakan anggarannya untuk kuota internet siswa," katanya.
Dalam gerakan ini, LGNOTA mendorong masyarakat menyisihkan uangnya secara sukarela. Orangtua asuh dari berbagai kalangan mulai guru ASN, non ASN hingga wiraswasta maupun ibu rumah tangga. Ia menarget 40 anak asuh dari masing-masing jenjang pendidikan di tiap kecamatan. Di Karanganyar terdapat 17 kecamatan. LGNOTA juga mendorong 10 anak asuh terfasilitasi di tiap desa.
"Menjadi orangtua asuh bukan wajib. Namun kami menganjurkan masyarakat yang ingin berpartisipasi," katanya.
Berdasarkan data perolehan dana LGNOTA, sumbangan orangtua asuh cukup signifikan. Pada 2017 terkumpul 1.397.750.000. Sedangkan pada 2018 terkumpul 1.733.300.000.
"Dengan target ada 10 anak asuh tiap desa/kelurahan, maka minimal ada 1.770 anak asuh. Orangtua asuh bebas memilih mau ikut menyumbang yang SD, SMP atau SMA," katanya.