Home Kebencanaan Penyebab Banjir Luwu Utara, Dari Faktor Alam Hingga Manusia

Penyebab Banjir Luwu Utara, Dari Faktor Alam Hingga Manusia

Jakarta, Gatra.com - Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan, BNPB, Raditya Jati mengatakan, bencana banjir bandang di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan pada 13 Juli 2020 lalu, terjadi lantaran beberapa faktor.

"Kondisinya memang kawasan Luwu Utara itu adalah kabupaten yang memiliki potensi risiko sedang dan tinggi," katanya di Graha BNPB, Jakarta, Minggu (19/7).

Menurutnya, berdasarkan pernyataan Kepala BNPB, Doni Monardo, bencana alam ini terjadi lantaran curah hujan yang tinggi, adanya alih fungsi lahan, serta kondisi kawasan patahan sungai yang cukup lemah.

"Memang ada daerah dalam patahan yang mengakibatkan kondisi formasi di kawasan hulu melemah sehingga menyebabkan longsor," ujar Raditya.

Kepala Subdirektorat Kelembagaan Daerah Aliran Sungai, KLHK, Yuli Utami menyebut hal serupa. 

Menurutnya, banjir bandang ini disebabkan oleh faktor alam dan faktor manusia.

"Faktor alam adalah curah hujan yang cukup tinggi di Daerah Aliran Sungai (DAS) Balease, di atas 50 mm perhari, dan juga di hari-hari sebelumnya. Kemudian kemiringan lereng di hulu DAS Balease sangat curam," jelasnya.

Selain itu, lanjut Yuli, jenis tanah di lereng ini juga memiliki konsistensi gembur. Sehingga, tingkat konsolidasi tanah cenderung rendah dan bersifat lepas-lepas.

"Jenis batuannya juga abu vulkanik, batu pasir, dan batu lumpur yang mudah rapuh. Karakteristik tanah dan batuan tersebut pada lereng yang curam menyebabkan potensi longsor tinggi yang selanjutnya membentuk bendung alami yang tidak stabil sehingga mudah jebol ketika ada akumulasi air berlebih," ungkapnya.

Faktor terakhir, disebabkan lantaran adanya peralihan fungsi lahan di kawasan hulu DAS Balease. Penggunaan lahan secara massif sebagai lahan perkebunan sawit di wilayah ini menjadi salah satu faktor dalam bencana banjir bandang di Kabupaten Luwu Utara.

2164

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR