Jakarta, Gatra.com - Sandiaga Salahuddin Uno menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami penurunan yang cukup signifikan akibat pandemi Covid-19, ditambah banyak bisnis yang lesu dan akhirnya gulung tikar akibat tidak ada pemasukan.
Menurutnya, Covid-19 ini tidak hanya berdampak pada pengusaha saja, para pekerja juga harus ikut merasakan dampak pandemi yang cukup besar seperti adanya perumahan pekerja hingga PHK. Atas kondisi ini, Sandiaga mengatakan ada beberapa strategi agar bisnis tetap tumbuh dan berkembang di era new normal. Bahkan, pandemi Covid-19 malah akan mengubah kebiasaan masyarakat kita menjadi lebih baik ke depan.
“Koreksi rencana bisnis, beradaptasi terhadap dampak krisis. Petakan risiko, buat rencana mitigasinya. Jangan lupa untuk memasukkan aspek penghematan dan pertahankan biaya-biaya utama,” katanya di Jakarta, Sabtu (18/7).
Selain merencanakan strategi mutakhir agar bisnis tetap tumbuh, Sandiaga juga meminta agar membuat perencanaan skenario terburuk, sehingga dapat diketahui langkah-langkah yang tepat untuk mengantisipasi hal itu. “Jangan lupa prediksikan dana untuk tiga bulan ke depan,” tambahnya.
Dia menuturkan, semua orang harus bersiap karena pada saatnya usaha akan dibuka kembali secara bertahap sektor demi sektor dengan tetap meminimalisasi risiko kesehatan masyarakat. Hal ini merupakan momentum untuk bisa memulihkan kegiatan ekonomi.
“Tentukan tingkat risiko kesehatan dari setiap jenis pekerjaan. Tentukan jenis pekerjaan mana yang memiliki pengaruh terbesar pada perekonomian. Petakan risiko kesehatan dan pengaruhnya pada perekonomian,” papar Sandiaga.
Sementara itu, Anggota Komisi XI DPR RI, Kamrussamad menambahkan, pandemi ini membuat ekonomi global berpengaruh sangat signifikan. Bahkan skenario terburuknya akan ada penurunan ekonomi secara global sebesar 30%. Selain itu, pengangguran di seluruh dunia akan meningkat sebanyak 180 juta orang.
“Kita lihat juga di negara tetangga kita ada Singapura dan Thailand. Dua negara ini mengalami minus hingga 0.7 di kuwartal pertama dan bisa mencapai minus 12 pada kwartal kedua, begitu juga dengan Thailand yang juga mengalami minus di angka 1.8 di kwartal pertama dan minus 10 di kwartal kedua,” terangnya.
Oleh karenanya, Ia meminta Indonesia untuk bersiap-siap menghadapi resesi yang disebabkan oleh bencara non alam ini. Salah satu tanda yang signifikan adalah daya beli masyarakat yang sudah menurun sehingga pemerintah juga harus mempersiapkan segala sesuatunya. “Pemerintah juga harus mempersiapkan segala kemungkinan yang akan terjadi,” ujarnya.