Pekanbaru, Gatra.com - Duet petahana Mursini-Halim dipastikan berpisah pada pilkada Kabupaten Kuansing 2020. Ini terjadi karena Halim yang merupakan wakil Bupati Kuansing, maju didukung oleh koalisi PDI Perjuangan dan PAN. Sedangkan Bupati Mursini, menggandeng Indra Putra sebagai tandem untuk diusung oleh koalisi PPP-NasDem.
Rontoknya kongsi politik bupati dan wakil bupati tersebut telah terlihat pada tahun 2018. Saat itu, Halim merasa kesal lantaran tak dilibatkan dalam penentuan posisi para birokrat di Pemkab Kuansing. Kekesalan itu pun berujung pada keinginan Halim untuk mundur dari jabatan wakil bupati.
Menariknya, pada pilkada tahun 2020 ini, tandem yang dipilih Halim dan Mursini merupakan bekas seterunya pada pilkada 2015. Pengamat komunikasi politik, Aidil Haris, mengatakan, saling tarungnya petahana merupakan kerugian dalam menghadapi pilkada di tengah Covid-19. Menurutnya, pandemi corona justru memberi keuntungan bagi petahana.
"Terlepas mereka sudah pisah. Pilkada di tengah pandemi sejatinya memberi ruang komunikasi menguntungkan bagi petahana. Petahana tentu punya modal elektoral mumpuni, dan pada situasi semacam ini sangat berguna," ungkapnya kepada Gatra.com, Jumat (17/7).
Aidil melanjutkan, pilkada dengan kondisi serba mepet, di antaranya dari sisi waktu, sosok yang telah dikenal masyarakat jauh lebih berpeluang untuk menang. Namun, dengan berpisahnya petahana untuk pilkada Kuansing, maka keuntungan yang dimiliki petahana sangat tergantung bagaimana persepsi publik terhadap mereka.
"Bila petahana dianggap tidak memiliki kerja yang baik, dua petahana itu akan terimbas popularitasnya, meski dengan pasangan yang sudah berganti. Tapi kalau dianggap bekerja dengan baik, itu tergantung sosok siapa yang paling menonjol, kiprah bupati atau wakil bupati," ujarnya.