Cilacap, Gatra.com – Banjir rob yang terjadi di pesisir Cilacap, Jawa Tengah kembali menyebabkan puluhan hektare tanaman padi di kawasan Rawa Barat, Kecamatan Patimuan, Cilacap, Jawa Tengah rusak. Meski tak separah banjir Rob Juni lalu, rembesannya menyebabkan tanaman padi yang baru ditanam mati.
Ketua Kelompok Tani di Rawaapu, Ahdin mengatakan banjir rob besar yang terjadi pada Mei lalu menyebabkan kadar garam di area persawahan sangat tinggi. Usai banjir rob, tak lagi ada hujan lebat yang mengguyur kawasan ini untuk mengurangi salinitas tanah. Akibatnya, meski sudah ditanam nyaris dua pekan, tanaman padi tak tumbuh dan bahkan mati.
“Kalau yang sekarang itu rembesan. Airnya sih tidak terlalu asin, tapi tanahnya kan masih asin,” kata Ahdin, Jumat (17/7)
Ahdin mengaku sudah menanam varietas padi yang diklaim relatif resisten terhadap cekaman air asin yakni Inpari 79 Agritan Unsoed. Kelompoknya sendiri menanam sebanyak 3,5 hektare varietas ini.
“Kalau yang kena rembesan ya sudah itu menguning seperti mau mati,” katanya.
Kepala Dinas Pertanian Cilacapp, Supriyanto mengatakan Pemkab tak memiliki anggaran yang cukup untuk membantu petani. Dinas Pertanian hanya memiliki anggaran untuk pengganti benih padi dengan luasan 150 hektare.
Padahal, banjir rob di Cilacap yang terjadi sejak Mei 2020 lalu merusak ribuan hektare tanaman padi, setidaknya di tujuh kecamatan. Tujuh kecamatan tersebut berada di kawasan pasang surut air laut. Di antaranya, Patimuan, Kawunganten, Bantarsari, dan Kampung laut.
Selain berdampak ke pertanian, banjir rob juga menyebabkan ratusan hektare tambak ikan dan udang terendam. Meski tak sampai menyebabkan korban jiwa, namun kerugian akibat banjir rob mencapai miliaran rupiah.