Tidore, Gatra.com - Sejumlah orang tanpa gejala (OTG) yang dikarantina di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Maluku Utara (Malut), di Kelurahan Rum, Tidore Utara, Kota Tidore Kepulauan, diduga keracunan ikan.
Dahrul Ahmad, OTG yang menjalani karantina di LPMP Malut, mengatakan, peristiwa itu terjadi pada Sabtu malam (11/7). "Sebenarnya kondisi makanan yang disiapkan pihak gugus sudah dikeluhkan beberapa hari kemarin," katanya kepada Gatra.com, Senin (13/7).
Dia mengungkapkan, kondisi makanan yang disediakan pihak gugus tugas, di antaranya nasinya kerap didapati setengah matang hingga kuning telur rebus sedikit berair. "Kondisi makanan seperti itu sudah terjadi sekitar dua hingga tiga kali," katanya.
Dahrul mengaku telah menyampaikan perihal tersebut kepada petugas medis. "Dorang [tim medis] bilang, 'Oh saya, nanti torang [kami] sampaikan ke tukang masak supaya dorang [mereka] bikin [makanan] kasi bae-bae'," tutur Dahrul menirukan ucapan petugas medis di LPMP.
Namun kondisi makanan yang dinilai tak layak dikonsumsi itu, kembali terjadi. Puncaknya pada Sabtu malam. "OTG yang makan ikan itu mengeluh. Dorang bilang, ikan gatal. Bahkan yang lain so tara [sudah tidak] mau makan," katanya.
S, salah satu OTG, mengaku usai mengonsumsi makanan yang disediakan pihak Gustu, sempat merasa mual hingga muntah. "Semua makanan yang saya makan tadi keluar semua," katanya.
Namun bukan hanya S. Tapi satu perempuan berinisial T mengalami hal yang sama. Dahrul sempat memungut muntah S dan T, lalu membawa masuk ke dalam ruangan untuk mencari tahu penyebabnya.
"Saat itu orang-orang semua berkesimpulan, mungkin di makanan. Karena selain dua orang muntah, yang lain mulutnya terasa gatal. Bahkan satu orang itu mulutnya sampe bangka," katanya.
Setelah dilayangkan protes, petugas di LPMP mengaku akan menyampaikan kepada juru masak. "Karena katanya dorang [mereka juru masak] hanya bertugas masak saja. Ikan juga dibeli. Jadi nanti dicari tahu dulu," tutur Dahrul, menirukan ucapan petugas medis.
Sekadar diketahui, jadwal pembagian makanan bagi OTG di LPMP dimulai dari pagi, siang, dan malam. "Itu rutin. Jadi makanan pagi, siang, setelah itu ada snack siang dan sore, baru lanjut makan malam," ungkapnya.
Pascakejadian itu, menurut Dahrul, kondisi makanan yang disajikan kepada 32 OTG di LPMP tersebut mulai berubah. "Kematangan nasi so boleh dan ikannya diganti ayam," katanya.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Tidore Kepulauan, Muhammad Sinen, kepada Gatra.com, menampik kabar tersebut. "Itu salah informasi itu. Bukan keracunan ikan, tapi dia (OTG) boboso [pamali atau pantangan] mengkonsumsi ikan madidihang. Ikan tuna," katanya.
Menurut pria yang akrab disapa Ayah Erik ini, dalam peristiwa itu, ada 1 pasien yang sedikit cerewet, tanpa dasar menyampaikan kronologi peristiwa ke media.
"Jadi bukan 2 orang [yang keracunan hingga muntah]. Tapi 1 orang saja. Saya sudah dapat informasinya," ungkap dia.
Menanggapi hal itu, Dahrul menegaskan, jika disebut boboso, lantas mengapa mereka tetap mengkonsumsi ikannya. "Kalau boboso kan tara mungkin torang makan itu ikan. Dan 1 orang yang makan ikan sampe muntah itu orang Jawa. Jadi boboso bagaimana," katanya.
Terpisah, Juru Bicara Satuan Gugus Tugas Covid-19 Tidore, Saiful Salim, mengatakan, sesuai keterangan dari petugas BPBD di LPMP, bahwa pasien OTG yang bersangkutan sangat alergi dengan ikan yang dimakan. "Orang Tidore bilang boboso," katanya.
Namun, kata dia, peristiwa itu sudah ditangani oleh petugas medis. "Alhamdulillah OTG yang bersangkutan sudah membaik. Terkait postingan salah satu pasien, akan ditegur petugas BPBD di LPMP dan yang bersangkutan diminta melakukan klarifikasi. Baik di media sosial maupun di media online," katanya.