Jakarta, Gatra.com - Anggota Komisi XI DPR RI, Kamrussamad mengatakan, ketahanan pangan nasional merupakan hal paling penting di masa Pandemi Covid-19 saat ini.
Oleh karena itu, DPR dan pemerintah telah sepakat memasukkan Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Nelayan (NTN) dalam indikator keberhasilan pembangunan ekonomi nasional. Hal ini dianggap sangat penting lantaran berhubungan langsung dengan kesejahteraan petani dan nelayan Indonesia.
“Sebelumnya indikator ini tidak pernah ada. Akhirnya dengan diskusi yang mendalam, bisa disepakati NTP dan NTN itu dimasukkan sebagi indikator keberhasilan ekonomi nasional dan diberlakukan mulai 2021. Artinya hal ini merupakan satu langkah maju bagi Indonesia untuk mengembalikan kejayaan pertanian kita,” katanya di Jakarta, Sabtu (11/7).
Pasalnya, beberapa negara pengekspor pangan saat ini sedang melakukan pembatasan untuk memastikan pasokan dalam negerinya terpenuhi. Sehingga, akan berdampak pada negara-negara yang memiliki ketergantungan terhadap impor pangan.
“Di tengah keadaan sulit ini yang dialami semua bangsa, ada yang harus terus dipastikan tersedia oleh setiap negara yakni kebutuhan pangan rakyat. Ini lah yang menjadi salah satu kunci utama untuk memastikan rakyatnya tidak mengalami kesulitan, baik itu kelaparan maupun kerusuhan sosial akibat adanya kelangkaan pangan,” ujarnya.
Ia melanjutkan, penguatan sektor pertanian merupakan salah satu solusi yang harus terus didorong pemerintah saat ini. Bahkan, agribisnis disebut Kamrussamad bisa menjadi penyelamat masa depan bangsa.
“Kita bisa melihat bagaimana keadaan kita mulai dari aspek tanaman pangan, menunjukkan bahwa SDM dan infrastruktur kita untuk mendorong supaya pertanian kita berdaya saing, itu memerlukan kerjasama dan kerja ekstra. Kita bisa lihat kebutuhan supply and demand kita masih lebih besar. Karena itu belum bisa terpenuhi dari produksi dalam negeri, sehingga kita masih mengimpor dari berbagai negara,” jelasnya.
Jika kemandirian pangan bisa terwujud, tambahnya, akan menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang memiliki kekuatan lebih di kancah internasional. Apalagi jika Indonesia bisa mengekspor hasil-hasil pertanian ke negara lain setelah berhasil memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Di kesempatan yang sama, Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan, di tengah Pandemi Covid-19 ini, sektor pangan akan menjadi pemenang yang memiliki peluang paling besar. Sayangnya, kemandirian pangan Indonesia masih belum tercapai, padahal, permintaan pasar dalam negeri terhadap pangan, masih sangat besar.
“Oleh karena itu saya ingin mendorong teman-teman pengusaha agribisnis untuk mereorientasi usahanya kepada kebutuhan yang primer yaitu di sektor pangan. Mulai dari hulu hingga hilir. Malah ada yang sempat menyampaikan bahwa internet adalah masa lalu, masa depan adalah kuliner, food is the new internet,” ungkapnya.
Menurutnya, terdapat lima gagasan aman pangan di tengah pandemi saat ini. Pertama, Indonesia harus bisa memanfaatkan pandemi Covid-19 sebagai peluang mengejar defisit dan mencegah krisis pangan.
“Kita justru harus bangkit di saat sulit ini dengan melakukan reprioritas, reorientasi, dan restabilitas terhadap kebijakan-kebijakan kita yang mengarah kepada sektor pangan. Lima tahun yang lalu sektor yang selalu dibidik adalah infrastruktur, dan terbukti kita bisa. Sekarang saya ingin mengajak, mari kita tanamkan sebagai pilihan utama kita, harus kita kejar defisit dan kita harus prioritaskan, mengamankan dan mengantisipasi krisis pangan,” jelasnya.
Kedua, menumbuhkan ketahanan pangan mulai dari lingkup keluarga. Hal ini bisa membantu mengurangi permintaan pasar lantaran masyarakat dapat memproduksi kebutuhan pangannya sendiri.
Ketiga, melipatgandakan kapasitas produksi pangan lokal. Semua pihak harus dilibatkan dalam hal ini, mulai dari pemerintah, dunia usaha, akademisi, koperasi, hingga masyarakat. Sehingga, masyarakat tidak tergantung pada mekanisme pangan lokal yang saat ini sedang tidak dapat dipastikan.
“Keempat, perkaya food-mix kita dengan bahan baku asli Indonesia, terutama ikan dan umbi-umbian. Kelima, terapkan teknologi. Cetak agripreneur dan ciptakan green jobs atau lapangan kerja berbasis pertanian untuk milenial,” tandasnya.